Blog Page 84

Trump Umumkan Inisiatif Perawatan Kesehatan bagi Veteran

0

Presiden AS Donald Trump berbicara lewat televideo dengan para pasien didampingi Menteri urusan Veteran David Shulkin (baju putih), di Gedung Putih, Kamis (3/8).

Presiden Amerika Donald Trump dan Departemen Urusan Veteran hari Kamis mengumumkan langkah baru untuk menggunakan teknologi guna memperluas perawatan kesehatan bagi veteran.

Inisiatif baru itu mencakup penggunaan teknologi video dan alat diagnostik untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jarak jauh, dan mengizinkan veteran menggunakan piranti seluler dan komputer untuk membuat jadwal, menjadwal ulang atau membatalkan janji di fasilitas bagi veteran (VA).

Presiden juga mengatakan, layanan baru ini akan sangat berguna bagi para veteran yang tinggal di daerah pedesaan.

Layanan baru itu akan ditambahkan ke program yang sudah ada di VA, “Layanan Telehealth,” yang memberi perawatan kepada lebih dari 700 ribu veteran tahun lalu, menurut Menteri Urusan VA, David Shulkin.

Dalam masa kampanyenya menjadi presiden tahun lalu, Trump menekankan perlunya memperbaiki perawatan kesehatan veteran. [ka/al]

 

 

Sumber : https://www.voaindonesia.com/a/3971574.html

Perkembangan Mental Anak Bukan Hanya Tanggung Jawab Guru

0

Jakarta, CNN Indonesia — Anggota tim penguatan pendidikan karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Djoko Saryono mengatakan tidak tepat jika masyarakat hanya menyalahkan guru di sekolah ketika anak berperilaku tidak baik.

Menurut dosen Universitas Negeri Malang itu, tidak hanya guru yang harus bertanggung jawab, melainkan orang tua dan tetangga atau masyarakat juga memiliki andil dalam menjaga anak agar tidak berperilaku yang tidak semestinya.

“Antara guru dan yang lain (orang tua dan masyarakat) itu harus menjadi satu kesatuan. Tidak sektor-sektor yang berbeda,” tutur Djoko saat diskusi di kantor Kemdikbud, Jakarta, Selasa (1/8).

Dia mengakui sejak dulu pola pembelajaran di sekolah masih terpaku kepada guru seorang. Dengan kata lain, guru seolah diberi beban yang berat oleh orang tua untuk mengawasi perkembangan mentalitas anak.

Atas anggapan tersebut, dia sangat tidak setuju. Menurut Djoko, pertumbuhan kecerdasan dan mental anak tidak tepat jika hanya ditopang oleh guru di sekolah saja.

“Memberesi masalah yang besar ini ditumpukkan satu-satunya kepada guru itu tidak akan beres,” kata Djoko.

Djoko mendorong Kemdikbud agar benar-benar mengubah pola pengajaran kepada anak-anak. Djoko menerangkan, apabila guru tetap jadi figur dominan, maka selamanya anak-anak akan mendapat pendidikan yang kurang cukup untuk perkembangan kecerdasan dan mental.

“Saya kira sekarang tidak memadai. Jadi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat itu jadi satu kesatuan. Sistemik,” lanjut Djoko.

Hal serupa disampaikan pegiat pendidikan karakter Yayasan Cahaya Guru, Henny Supolo. Menurut dia, saat ini guru masih diidentikkan sebagai orang yang bertanggung jawab apabila anak mendapat prestasi yang kurang memuaskan atau berperilaku yang kurang baik.

“Kita tahu apa pun yang terjadi yang disalahkan adalah guru,” kata Henny.

Stereotip seperti itu, lanjut Henny, sudah seharusnya ditinggalkan oleh masyarakat khususnya orang tua murid yang menitipkan anaknya ke sekolah untuk menuntut ilmu.

Menurut Henny, kesuksesan tumbuh kembang anak dari segi kecerdasan mau pun mentalitas adalah tanggung jawab orang tua, guru di sekolah, dan masyarakat.

Ia beranggapan tidaklah tepat bila hanya guru yang dibebankan atau diminta pertanggungjawaban apabila anak melakukan hal-hal yang kurang baik.

“Misalnya guru sudah beres, kalau di rumah beda, akan beda lagi hasilnya. Guru sudah beres, di masyarakat ada kekerasan, akan beda lagi hasilnya,” kata Henny.

 

 

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170802032659-255-231810/perkembangan-mental-anak-bukan-hanya-tanggung-jawab-guru/

FDA Setujui Obat Leukemia Yang Dikembangkan Celgene, Agios

0

Kantor Pusat Badan Obat-obatan dan Makanan AS atau FDA di Silver Spring, Maryland. FDA menyetujui obat leukemia yang dikembangkan oleh Celgene Corp. dan Agios untuk pasien-pasien Leukemia Myeloid Akut. (Foto:dok)

Badan Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat atau FDA pada hari Selasa (1/8) telah menyetujui pengobatan secara oral yang dikembangkan oleh Celgene Corp dan Agios untuk pasien-pasien Leukemia Myeloid Akut dengan mutasi genetik langka.

Seperti dilansir kantor berita Reuters, obat dengan merk Idhifa akan dijual dengan harga bulanan $24.872, kata Celgene melalui surat elektronik. Menurut catatan Celgene, pasien menjalani terapi rata-rata selama 4,3 bulan saat percobaan berlangsung untuk mendapatkan persetujuan dari FDA.

Harga yang tercantum tidak selalu harga yang harus dibayar oleh pasien. Biaya yang harus ditanggung oleh pasien berdasarkan biaya pengobatan yang ditanggung asuransi kesehatan perorangan dan lama perawatan.

LMA adalah kanker yang mula-mula tumbuh di tulang sumsum dan kemudian berkembang pesat hingga sel-sel darah putih meningkat secara abnormal. Penyakit ini biasanya ditemukan pada orang tua dan jarang terjadi pada orang di bawah umur 45 tahun.

Obat ini mendapatkan persetujuan untuk mengobati pasien-pasien yang dengan mutasi IDH2 yang penyakitnya kambuh atau sulit disembuhkan. Penggunaan obat ini disertai dengan tes diagnostik yang dikembangkan oleh Abbot Laboratories yang dirancang untuk mendeteksi mutasi gen.

“Walaupun produk ini tidak diharapkan akan berdampak besar untuk Celgene,paling tidak ini merupakan persetujuan pertama untuk produk yang dihasilkan dari kemitraan,’’ kata Cory Kasimov, analis dari J.P. Morgan. Kasimov menunjukkan bahwa obat ini menyasar kebutuhan tinggi yang belum terpenuhi.

Rydapt, obat LMA buatan Novartis AG yang baru saja mendapat persetujuan, dijual dengan harga $7.945 untuk 14 hari pengobatan dan $14.990 untuk 28 hari pengobatan.

Namun, pengobatan dari Novartis disetujui untuk pasien-pasien yang baru saja didiagnosis menderita LMA dengan mutasi genetik khusus yang disebut FLT3.

Idhifa adalah terapi pertama dan satu-satunya yang mendapat persetujuan FDA untuk pasien-pasien dengan mutasi IDH2. Kelompok pasien ini berkisar antara 8 hingga 19 persen dari seluruh jumlah pasen LMA. Di Amerika Serikat, angka ini sama dengan 1.200 hingga 1.500 pasien, menurut Celgene.

Leah Rush Cann dari Oppenheimer mengatakan dalam sebuah nota untuk kliennya bahwa obat ini akan menghasilkan pendapatan sebanyak $1,4 miliar pada tahun 2021.

Diperkirakan sekitar 21.380 kasus baru LMA akan terdiagnosa pada tahun 2017 dan pada tahun ini juga, diperkirakan 10.590 pasien akan meninggal akibat penyakit ini, menurut perkiraan dari Masyarakat Kanker Amerika. (fw/ww)

 

 

Sumber : https://www.voaindonesia.com/a/fda-setujui-obat-leukemia-yang-dikembangkan-celgene-agios/3968886.html

Hepatitis B dan C Bisa Diberantas menjelang 2030

0

Seorang pasien penderita hepatitis dirawat di sebuah rumah sakit di El Sereif, Darfur utara, Sudan (foto: ilustrasi).

Pada malam menjelang Hari Hepatitis Sedunia, Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) menghimbau peningkatan aksi untuk mengakhiri Hepatitis B dan C menjelang tahun 2030. WHO mengatakan tujuan itu bisa dicapai dengan meningkatkan diagnosa, perawatan dan pencegahan penyakit itu yang bisa menyebabkan kematian akibat cirosis dan kanker hati.

WHO melaporkan virus Hepatitis B dan C berdampak pada 325 juta orang dan menyebabkan 1,34 juta kematian tahun 2015. WHO menghimbau agar ancaman kesehatan masyarakat itu diberantas dengan mengurangi infeksi baru sampai 90% dan kematian sampai 65% menjelang 2030.

Para pejabat WHO mengatakan hal itu bisa dilakukan jika negara menunjukkan kemauan politik dan berinvestasi pada peralatan yang tersedia untuk memberantas ancaman penyakit itu di dunia. Mereka megatakan epidemi Hepatitis B terutama melanda kawasan Afrika dan Pasifik barat dan bisa dicegah dengan memvaksinasi bayi terhadap penyakit itu.

Mengenai Hepatitis C, Gottfried Hirnschall, direktur Program HIV dan Hepatitis Global, WHO mengatakan sudah banyak perubahan dalam pengobatan penyakit ini.

Hirnschall mengatakan kepada VOA sampai empat tahun lalu tidak ada pengobatan yang baik bagi Hepatitis C yang menewaskan hampir 400 ribu orang setiap tahun.

“Kemudian kita saksikan perubahan besar. Obat-obatan baru tiba beredar di pasar dan merupakan obat-obatan yang sangat baik. Dampak sampingnya sangat terbatas. Kita hanya perlu menggunakannya selama tiga bulan dan 95 % penderita sembuh. Dan bagi mereka yang tidak sembuh pada putaran pertama sekarang bahkan ada pilihan-pilihan yang bisa kita berikan bagi mereka,” ungkapnya.

Hirnschall juga mengatakan bahwa perubahan besar dari ketersediaan obat-obat baru itu, pada awalnya, terhambat oleh biayanya yang besar, 84 ribu dolar untuk pengobatan selama tiga bulan. Tapi ia mengatakan biaya di negara-negara berkembang sekarang sudah turun menjadi antara 260 sampai 280 dolar.

Survei 28 negara yang terimbas sekitar 70 % hepatitis global memperoleh temuan, upaya-upaya untuk memberantas hepatitis sudah semakin cepat berlangsung. Survei itu mengatakan hampir semua negara sudah membentuk komite pemberatasan tingkat tinggi dan lebih dari separuh mengalokasikan dana untuk mempercepat proses itu. [my/jm]

 

 

Sumber : https://www.voaindonesia.com/a/3968816.html

Studi Ungkap Ibu Menyusui Harapkan Suami Lebih Proaktif

0

Sebuah survei terhadap sejumlah ibu yang sedang menyusui mengungkapkan adanya keengganan ibu meminta bantuan, meski mereka sangat berharap dibantu suami. (Foto: PublicDomainPictures/Pixabay)

Jakarta, CNN Indonesia — Tak bisa dipungkiri, masa kehamilan dan menyusui menjadi momen menantang bagi ibu, baik fisik maupun psikologis. Mau tak mau, ibu membutuhkan peran suami dan juga keluarga, yang kemudian disebut juga sebagai sistem pendukung.

Hanya saja, ternyata para ibu cenderung enggan mengungkapkan dirinya butuh bantuan, karena tidak mau merepotkan. Mereka dalam diam berharap suami dan anggota keluarga lainnya lebih proaktif.

Temuan itu menjadi satu poin yang diperoleh dari studi yang dilakukan PT Fonterra Brands Indonesia dan Anmum baru-baru ini. Laporan studi tersebut mengungkapkan dalam masa hamil dan menyusui, para ibu mengalami tantangan secara fisik maupun psikologis.

Di antaranya, perubahan fisik ibu seperti kelelahan dan morning sickness. Belum lagi masalah kesehatan mental seperti kecemasan, stres, baby blues, dan perubahan mood terutama pasca persalinan atau selama menyusui.

“Fakta pertama, mereka menyatakan butuh dukungan atau support system, di mana suami diharapkan memberikan dukungan serta lebih proaktif,” ungkap Andriani Ganeswari, CCM Fonterra Brands Indonesia, di sela-sela peringatan Pekan ASI Sedunia, di Jakarta Selatan (1/8).

Studi dilakukan dengan metode focus group discussion yang melibatkan sembilan kelompok. Kelompok-kelompok ini terdiri dari ibu baru, dan ibu berpengalaman yang sedang menjalani masa kehamilan dan menyusui.

Temuan dalam studi ini pula menyebutkan bahwa para ibu enggan mengungkapkan harapan mereka tentang dukungan yang mereka perlukan.

“Para ibu itu enggan, misalnya, tidak enak kalau mau minta bantuan suami karena suami pulang kerja, kasihan, kelelahan. Atau mau minta bantuan ibu, tapi karena sudah tua jadi berpikir ulang,” tambah Andriani.

Dari studi ini, mereka mengharapkan suami dan anggota keluarga lebih proaktif dalam mencari informasi kehamilan dan menyusui. Pengetahuan yang memadai membuat ibu mampu menghadapai tantangan dan perubahan selama hamil dan menyusui.

Sementara itu Ketua Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASI), Ali Sungkar mengatakan para ibu memerlukan dukungan dari lingkungan sosial dan nutrisi yang tepat. Hal ini mempengaruhi kesehatan ibu, supaya nantinya dapat merawat anak dan keluarganya.

“Stabilitas sosial dan partisipasi sosial dapat memberikan dukungan emosional yang berperan untuk mengurangi dampak stres kehidupan dan tantangan sehari-hari para ibu,” kata Ali. (rah)

 

 

 

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170801152454-255-231713/studi-ungkap-ibu-menyusui-harapkan-suami-lebih-proaktif/

Pekan ASI Sedunia, Momen Meningkatkan Kesadaran Menyusui

0

Ilustrasi. (Thinkstock/Ivanko_Brnjakovic)

Jakarta, CNN Indonesia — Minggu pertama Agustus menjadi peringatan terhadap pentingnya Air Susu Ibu (ASI). Hal tersebut diperingati dalam Pekan ASI Sedunia yang berlangsung setiap  1-7 Agustus.

Jika tema Pekan ASI Sedunia adalah Suistaining Breastfeeding Together, Indonesia mengadaptasinya menjadi ‘Bekerja Bersama Untuk Keberlangsungan Pemberian ASI.’

Tema ini, seperti disampaikan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono melalui keterangan tertulisnya di situs Departemen Kesehatan, bertujuan untuk mendukung pemberian ASI dan peran dari ibu menyusui.

Dukungan itu harus diwujudkan oleh pemerintah, lingkungan kerja, keluarga, hingga peran suami supaya dapat mempertahankan pemberian ASI selama dua tahun untuk anak.

“Pelaksanaan pekan ASI sedunia akan diisi dengan berbagai kegiatan di pusat dan semuanya diarahkan untuk mendorong pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif 100 persen pada semua bayi,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan Nia Umar, Wakil Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).

“Keberhasilan menyusui bergantung dari dukungan banyak pihak, oleh karenanya ini menjadi penting sekali,” ungkapnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (1/8).

Nia lalu merujuk pada ilustrasi empat pilar dalam perencanaan strategis akan terkait menyusui. Empat pilar ini yakni peraturan dan legislasi, komitmen program pemerintah, pemahaman tenaga kesehatan, serta dukungan masyarakat dan keluarga.

“Kesadaran banyak pihak mulai meningkat, tapi belum optimal, contohnya di fasilitas kesehatan, masih banyak RS yang menyediakan kamar bayi yang sehat, padahal bayi sehat seharusnya bersama ibunya,” ujar dia.

IMD, kata Anung, diterapkan dengan memberikan ASI tanpa menambahkan makanan atau minuman lain hingga bayi berusia enam bulan atau biasa disebut ASI eksklusif. Setelah enam bulan dilanjutkan dengan memberikan makanan pendamping ASI dan meneruskan pemberian ASI hingga anak usia 2 tahun

Tujuannya adalah untuk menekan angka kematian bayi baru lahir atau neonatal. Berdasarkan data Unicef Indonesia tahun 2012, setiap tiga menit terdapat seorang balita meninggal. Selain itu, setiap satu jam terdapat satu perempuan meninggal saat melahirkan.

Sementara itu kajian global The Lancet Breasfeeding Series tahun 2016 menyebutkan, dengan asi eksklusif menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena infeksi sebanyak 88 persen. Selain itu, sebanyak 31,36 persen dari 37,94 persen anak sakit karena tidak menerima ASI eksklusif.

“Harapannya indeks pembangunan manusia Indonesia mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya,” ucapnya.

Diketahui, World Health Organization menyebutkan standar dalam pemberian makan pada bayi dan anak. Pertama, menyusui harus segera dilakukan dalam satu jam setelah lahir. Kedua, menyusui bayi sejak lahir sampai usia enam bulan; ketiga, mulai umur enam bulan bayi mendapatkan makanan pendamping ASI; keempat, menyusui sampai bayi usia dua tahun. (rah)

 

 

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170801123138-255-231656/pekan-asi-sedunia-momen-meningkatkan-kesadaran-menyusui/

Punya Anak di Usia 30an Tahun Bisa Bikin Panjang Umur

0

Jakarta, CNN Indonesia — Umumnya ahli atau dokter kandungan menyarankan wanita untuk punya anak sebelum usia mereka menginjak kepala tiga. Wanita yang telah berusia 30an ke atas dikatakan lebih berisiko tidak dapat hamil karena penurunan kualitas dan kuantitas telur.

Namun sebuah studi mengungkapkan bahwa wanita yang punya bayi di usia 30an justru bisa memiliki umur panjang. Studi yang diterbitkan di Journal of Public Health menyebutkan meningkatnya usia ibu saat hamil, harapan hidup ibu jadi panjang, hingga 65 tahun. Artinya, wanita yang melahirkan di usia tua atau di atas 30an tahun akan hidup lebih lama.

“Wanita yang melahirkan terlambat cenderung akan hidup lebih lama, dan gen yang memungkinkan untuk kehamilan yang terlambat memberikan manfaat untuk rentang kehidupan,” kata studi seperti dikutip dalam Daily Mail, Minggu (30/7).

Para peneliti dari Universitas Coimbra, Portugal meneliti data kelahiran dan harapan hidup dari seluruh Uni Eropa termasuk Inggris. Kini, rata-rata wanita di usia 30 tahun baru memiliki anak pertama. Masih belum jelas alasan mengapa wanita yang terlambat punya anak punya harapan hidup lebih panjang. Beberapa ahli mengatakan hal ini karena latar belakang personal yang memainkan peran besar.

Ahli kesuburan Lord Winston mengatakan ada beberapa alasan mengapa wanita-wanita ini punya harapan hidup lebih panjang. Menurutnya, wanita yang melahirkan dalam usia 30an tahun ke atas cenderung punya status sosial dan pendapatan lebih baik.

“Semua tahu bahwa orang yang punya tingkat pendidikan tinggi biasanya punya pendapatan lebih bagus dan punya umur panjang karena mereka bisa meraih gaya hidup yang lebih sehat,” katanya.

Sementara itu penasehat politik dari British Fertility Society, Raj Mathur memperingatkan agar hasil studi jangan sampai membuat para wanita menunda kehamilan.

“Kita harus berhati-hati untuk tidak menggunakan data ini untuk menunda kehamilan karena wanita yang mencoba punya anak di usia 30-40an cenderung harus berusaha keras,” ucapnya.

Studi lain yang dipublikasikan di jurnal menopause melaporkan bahwa wanita yang melahirkan di usia di atas 30an tahun punya kemungkinan tiga kali lebih besar untuk memiliki tanda ‘umur panjang’ pada DNA-nya. Para ahli dari Amerika mempelajari 400 wanita berusia 70an tahun yang saat usia 33 tahun baru memiliki anak pertama.

Mereka meneliti panjang telomere atau bagian paling ujung dari DNA linear. Telomere berperan dalam menjaga stabilitas genom tiap sel. Telomere pendek diasosiasikan pada harapan hidup pendek. Para peneliti mengatakan wanita yang lebih tua saat mereka melahirkan anak tertua punya kemungkinan dua atau tiga untuk memiliki telomere lebih panjang daripada mereka yang melahirkan anak terakhir pada usia 29 tahun ke bawah.

 

 

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170801080854-255-231600/punya-anak-di-usia-30an-tahun-bisa-bikin-panjang-umur/

Ilmuwan Kenya Gunakan Satelit untuk Prediksi Wabah di Masa Depan

0

Seorang pasien yang menderita demam Rift Valley dirawat di rumah sakit di Nairobi, Kenya (foto: ilustrasi).

Negara-negara dengan sedikit sumber daya untuk mengelola isu kesehatan rentan terhadap wabah penyakit berkala yang ditularkan serangga, yang menimbulkan dampak pada manusia dan ternak.

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi dampaknya adalah dengan vaksinasi dan pemberantasan serangan secara tepat waktu. Tetapi bagaimana mengetahui kapan wabah itu akan terjadi?

Demam Rift Valley adalah salah satu penyakit viral yang ditularkan oleh nyamuk, yang menimbulkan dampak pada manusia dan ternak di Afrika dan Semenanjung Arab. Belum ada pengobatan bagi mereka yang tertular dan yang mengidap gejala akut hanya memiliki kemampuan bertahan hidup 50 persen saja.

Vaksinasi ternak membantu, tetapi hanya jika dilakukan sebelum wabah tersebut. Jadi mengetahui kapan wabah itu akan terjadi merupakan faktor yang sangat penting. Tetapi memperkirakan suatu wabah hampir mustahil dilakukan.

Dengan menganalisa pengamatan satelit atas pola cuaca di bumi, para ilmuwan di Universities Space Research Association yang bekerja di Goddard Space Flight Center di NASA, melihat ada suatu kebetulan yang aneh.

“Kami melihat satu hal. Wabah demam Rift Valley telah terjadi di seluruh negara di Afrika Timur ketika El Nino,” kata Assaf Anyamba.

El Nino dan La Nina adalah dua siklus suhu panas dan dingin yang terjadi di khatulistiwa Pasifik, yang secara sangat luar biasa mempengaruhi sistem cuaca hingga ke Samudera Hindia. Hujan yang dibawa kedua siklus ini menciptakan lingkungan yang kaya bagi serangga pembawa penyakit yang disebut “vektor”.

“Walhasil yang terjadi bukan hanya hujan di atas curah hujan normal, tetapi curah hujan yang lebih panjang. Jadi alih-alih memiliki musim tanam selama sekitar tiga bulan, akhirnya kita memiliki musim tanam antara empat hingga lima bulan. Kondisi-kondisi seperti ini di wilayah yang luas seperti Afrika Timur akan mengakibatkan banjir habitat dimana telur-telur nyamuk berada dan berkembangbiaknya vektor,” tutur Anyamba.

Program pemantauan yang didanai Badan Kesehatan Departemen Pertahanan Amerika, Goddard Space Flight Center NASA, Badan Kesehatan Sedunia WHO dan beragam mitra negara, memasok sekitar 25 penerima dengan informasi tentang potensi resiko wabah.

Selain demam Rift Valley, ada beberapa penyakit akibat vektor lain yang berbahaya seperti virus hanta, chikungunya dan demam berdarah.

Anya menambahkan, “Kami mampu memetakan apa yang terjadi di seluruh dunia hampir setiap hari. Kami bisa menentukan anomali apa yang memicu wabah tertentu.”

Selanjutnya, Anyamba mengatakan lebih banyak wabah yang akan bisa dicegah ketika program ini memiliki hal yang bisa dikaji bersama negara-negara dan LSM di negara-negara yang terkena dampak.

Perkiraan ini juga diposting di situs Balai Kedokteran Hewan Dan Entomology– Departemen Pertanian Amerika. [em/jm]

 

Sumber : https://www.voaindonesia.com/a/3967216.html

Collaborative Meeting

Collaborative Meeting antara Universitas Sari Mutiara Indonesia, Boromarajonani College of Nursing Sanpasittiphrasong, Thailand dan College of Health Sciences Savannakhet, Laos

Pada tanggal 24 – 28 Juli 2017 lalu, Universitas Sari Mutiara Indonesia menerima kunjungan delegasi dari Boromajonani College of Nursing Sanpasittiphrasong (BCNSP), Thailand, dan College of Health Sciences Savannakhet (CHSS), Laos. Kunjungan ini merupakan tindak lanjut rencana perpanjangan kerja sama antara USM-Indonesia dengan BCNSP yang akan berakhir di November 2017 dan rencana perintisan kerja sama antara USM-Indonesia dengan CHSS, Laos.

Delegasi BCNSP diwakili oleh Dr. Pattama Phongsiri (Direktur BCNSP), Dr. Duangkamon Norkaow (Deputi Direktur Bidang Akademik), Ms. Jaroonsree Meenongwah (Deputi Direktur Bidang Pelayanan Akademik Dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan), Dr. Napat Boontian (Ketua Kantor Urusan Internasional) dan Ms. Pissamai Wongsanga (dosen BCNSP). Sementara itu College of Health Sciences Savannakhet di wakilkan oleh Dr. Sounthone Phothisane (Direktur CHSS) dan Ms. Paniphone Keosilaphone (dosen CHSS). Pada kesempatan tersebut hadir pula Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan, Bapak Parlindungan Purba, S.H., M.M.

Dalam kata sambutannya, Bapak Parlindungan Purba, S.H., M.M., menyampaikan bahwa kegiatan collaborative meeting antara USM-Indonesia, BCNSP, dan College of Health Sciences Savannakhet merupakan kegiatan yang perlu diapresiasi mengingat semakin dekatnya negara-negara ASEAN pada masa free trade, dimana tenaga kerja dari negara-negara di kawasan ASEAN dapat dengan bebas mencari lapangan pekerjaan di negara mana saja di kawasan ASEAN. Beliau juga mengapresiasi langkah aktif USM-Indonesia dalam mempersiapkan diri menyosong diberlakukannya free trade di kawasan ASEAN. Selain itu, beliau juga menghimbau agar MRA (mutual recognition arrangement) menjadi salah satu pokok bahasan dalam collaborative meeting tersebut, di mana kegiatan-kegiatan yang akan dikolaborasikan merupakan kegiatan yang mengarah pada MRA.

Diskusi bersama antara USM-Indonesia, BCNSP, dan CHSS menghasil kesepakatan perpanjangan kerja sama dalam hal pertukaran mahasiswa/ dosen/ peneliti, penelitian bersama, penyelenggaraan seminar bersama, pertukaran budaya yang implementasinya direncanakan dapat dilaksanakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Melalui kegiatan tersebut, College of Health Sciences Savannakhet juga mengundang delegasi USM-Indonesia untuk berkunnjung ke Laos pada bulan September sebagai kunjungan balasan sekaligus untuk mendiskusikan rencana kerja sama lebih lanjut.

 

Jadwal UAS dan MKDU

  1. Jadwal Ujian Akhir Semeter CBT Program Studi D3-Analis Kesehatan, S1 Kesehatan Masyarakat, D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, dan D3 Teknik Elektromedik Klik Disini
  2. Jadwal Ujian MKDU dan Ujian SUSULAN Klik Disini
- Advertisement -