Penderita Stunting Masih Punya Peluang Perbaiki Tinggi Badan

0
314

Upaya memperbaiki tinggi badan harus dilakukan sebelum pertumbuhan anak berhenti, pada perempuan di usia 20 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 30 tahun. (Foto: Thinkstock/omgimages)

Jakarta, CNN Indonesia — Masalah stunting atau kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama juga dialami anak-anak di Indonesia. Diperkirakan, ada sekitar 8,8 juta anak Indonesia yang menderita stunting karena kekurangan gizi. Mereka yang stunting dicirikan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia tumbuh kembang.

Selama ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan selalu bergerak demi pencegahan stunting. Namun, bagi mereka yang stunting, intervensi seperti apa yang bisa dilakukan?

“Stunting itu anak umur di atas 2 tahun, tinggi badannya rendah. Upaya untuk membantu dari sisi peluang tinggi badan,” kata Ahmad Syafiq, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pada CNNIndonesia.com di sela konferensi pers Konferensi Indonesia Bergizi di Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, Jumat (8/12).

Upaya ini, lanjut Ahmad, harus dilakukan sebelum pertumbuhan anak berhenti. Ia berkata, pada perempuan pertumbuhan berhenti di usia 20 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 30 tahun.

Orang tua harus proaktif untuk mengejar pertumbuhan badan anak sebelum pertumbuhannya berhenti dengan asupan gizi yang baik. Menurutnya, usia 9 tahun jadi masa yang paling perlu mendapat perhatian sebab masa ini anak mengalami lompatan pertumbuhan yang cepat.

“Mungkin orang tua kurang memperhatikan dan tubuh pendek dianggap genetik. Padahal genetik hanya menyumbang 20 persen terhadap tinggi badan. Bagaimanapun, tinggi badan yang sesuai standar masih tetap menguntungkan,” tambahnya.

Stunting tak hanya dilihat sebagai terhambatnya tumbuh kembang anak secara fisik. Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada seribu hari pertama kehidupan hingga usia 2 tahun juga akan terhambat perkembangan kognitif atau kemampuan intelektualnya. Dalam jangka panjang, stunting berdampak pada penurunan kualitas remaja, kesehatan reproduksi, kecerdasan serta produktivitas kerja.

Di sisi lain, Doddy Izwardi, Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menuturkan, masyarakat perlu memahami stunting secara global. Satu sisi, stunting dilihat sebagai gagal tumbuh sebagai akibat dari gizi kronik ibu hamil. Namun menurut indikator dunia, stunting ialah gagal kembang atau terhambatnya perkembangan kognitif anak.

“Ini yang ditakuti soal daya saing bangsa nantinya, maka dari pemerintah membantu agar ibu hamil tidak gagal dalam memenuhi gizi ibu hamil,” ujarnya.

Tak hanya di Indonesia, persoalan stunting sudah jadi permasalahan global. Secara global, dilansir dari data Global Targets dan sekitar 162 juta anak berusia di bawah 5 tahun mengalami stunting. Di Asia Tenggara, sebanyak 39 persen anak berusia di bawah 5 tahun mengalami stunting.

“Stunting ini permasalahan multidimensional sehingga pemerintah enggak bisa kerja sendiri. Maka kami mengajak semua sektor untuk bekerja sama termasuk sektor swasta,” katanya. (rah/rah)

Sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171209070706-255-261249/penderita-stunting-masih-punya-peluang-perbaiki-tinggi-badan

LEAVE A REPLY