Kala Anak Terpengaruh Iklan, Orangtua Patut Waspada

0
264

Jakarta, CNN Indonesia — Kurang lebih dalam kurun waktu setahun terakhir, Kementerian Kesehatan sedang menaruh perhatian pada iklan susu kental manis (SKM) di media-media. Pasalnya, media menampilkan bahwa SKM sama dengan jenis susu lainnya atau dapat dikonsumsi begitu saja atau dicampur dengan air terlebih dahulu.

Menurut Doddy Izwardy dari Direktorat Bina Gizi Kemenkes, SKM sebenarnya digunakan untuk industri kue atau hanya sebagai topping makanan.

“Kemenkes menekankan bahwa sosialisasi itu penting bagi masyarakat apalagi untuk makanan yang mengandung gula, garam dan lemak,” kata Doddy lewat sambungan telepon dalam focus group disscusion di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (24/10).
Ia menuturkan, aturan mengenai sosialisasi tertuang dalam Permenkes RI Nomor 63 Tahun 2015 tentang perubahan atas Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang “Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji”.

Pada iklan SKM, katanya, terdapat informasi yang salah dan kemudian baiknya dievaluasi.

Iklan begitu mempengaruhi perilaku orang, apalagi pada anak-anak. Psikolog Erfiane Suryani Cicillia mengatakan iklan dengan segala daya tariknya mampu menghipnotis orang. Saat melihat, lanjutnya, otak akan memproses informasi dan berbuah pada perilaku.

Apa yang terjadi pada anak-anak saat menonton iklan?

Fifi, panggilan akrab Erfiane, berkata semakin sering diterpa iklan, maka anak akan semakin ingin. Kemudian, semakin sering, anak akan semakin menuntut. Tahap terakhir, semakin sering, maka informasi ini akan menetap.

“Anak akan senang, suka sekali akan produk itu,” kata Fifi.

Ia memberikan contoh sebuah iklan permen yang dapat dicampur air lalu dinikmati sebagai susu. Iklan memperlihatkan anak kecil yang asyik mengaduk permen yang sedikit demi sedikit bercampur dengan air.

Hal tersebut tentu menarik perhatian anak. Contoh lain adalah iklan SKM. Sebuah keluarga digambarkan selalu memulai hari dengan minum SKM. Padahal seperti yang telah disampaikan, SKM bukan merupakan susu yang langsung dikonsumsi.

Segala yang tersaji di depan anak-anak menjadi tanggung jawab orang dewasa, tak hanya orang tuanya tetapi juga orang-orang dewasa di sekitarnya. Jika terlanjur melihat, kata Fifi, anak perlu diberi pengertian.

“Misalnya begini yang paling mudah, tadi adik lihat apa, contohnya dia bilang oh anak itu cepat tinggi tambah pintar, jadi jagoan. Anak diberi iming-iming sedemikian rupa. Lalu kita beri pengertian bahwa itu tidak wajar. Pendampingan orang tua itu mutlak karena anak belum bisa mengolah informasi, ia hanya terima mentah,” ujarnya.

Orang tua memang tidak bisa menutup mata dan telinga anak terhadap derasnya terpaan iklan yang diterimanya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memiliki pengetahuan tentang produk tertentu.

Sementara itu, orang tua perlu menyikapi dampak yang mungkin bisa ditimbulkan dari tayangan iklan pada anak. Di sini, orang tua perlu melihat usia anak. Pada anak usia TK hingga kelas 1 SD, anak masih bisa diberi pengertian bahwa mengonsumsi produk A tidak boleh terlalu banyak atau hanya boleh dikonsumsi oleh anak dalam keadaan tertentu.

“Kalau usia kelas 2 SD, itu sudah enggak bisa. Anak harus diberi hal-hal yang sangat logis. Orang dewasa senjatanya informasi,” tambah Fifi.

Sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171025042206-255-250852/kala-anak-terpengaruh-iklan-orangtua-patut-waspada/

LEAVE A REPLY