Hari Ibu, Wanita, Stunting, dan Masa Depan Bangsa

0
254

Jakarta, CNN Indonesia — Peran wanita dirayakan sebanyak dua kali dalam satu tahun, setidaknya begitulah yang kita ketahui di negara kita, Indonesia. Pertama, terkait dengan perannya dibandingkan para pria, hari emansipasi wanita yaitu hari Kartini setiap tanggal 21 April. Kedua, terkait peran kodratinya yang mulia, hari Ibu setiap tanggal 22 Desember.

Betapa spesialnya seorang ibu hingga “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”. Ungkapan ini diartikan oleh masyarakat menjadi beberapa macam. Selain bahwa sang anak tidak boleh durhaka kepada ibu yang sudah bersusah payah mengandung, melahirkan, dan membesarkannya, atau bisa juga diartikan bahwa ibu adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya.

Ibu memiliki peran besar dalam membentuk kecerdasan, karakter, dan kemampuan hidup anak-anaknya. Anak-anak yang kelak menjadi generasi penerus bangsa kita.

Berkaitan dengan peran mulia tersebut terdapat permasalahan serius yang perlu menjadi perhatian para ibu, calon ibu, masyarakat, dan negara. Masalah itu adalah stunting. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2017, 5) mendeskripsikan stunting dan dampaknya bagi masa depan bangsa sebagai:
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. …

Balita/Baduta (Bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.

Karena kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir yang merupakan periode emas perkembangan otak bayi, penderita stunting akan memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan kognitif yang tidak maksimal. Dan hal ini bersifat “irreversible”, tidak bisa disembuhkan, dan terbawa sampai dewasa.

Tidak sampai di sana, bayi perempuan yang mengalami stunting kelak ketika dewasa juga berisiko dua kali lebih besar melahirkan bayi stunting. Bayi-bayi yang lahir stunting atau pendek tersebut kebanyakan lahir dari ibu-ibu yang pendek pula (Tempo.co, 2017).

Seberapa parahkah kondisi stunting di Indonesia? Millennium Challenge Account – Indonesia dalam technical brief tentang stunting menjabarkan bahwa:
Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6 persen) dan 2007 (36,8 persen). Artinya, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35 persen), Vietnam (23 persen), dan Thailand (16 persen).

Sedangkan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2017, 6) menjelaskan “Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40  persen tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi.”

Jika kondisi stunting di negara kita sedemikian parahnya, apakah yang dilakukan pemerintah untuk mengatasinya? Dalam technical brief tentang stunting milik Millennium Challenge Account – Indonesia, komitmen pemerintah untuk mengurangi stunting adalah menargetkan penurunan angka stunting anak di bawah lima tahun yang dicanangkan pada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), bergabung dengan gerakan global Scaling Up Nutrition (SUN) Movement, meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK, menerapkan kerangka intervensi stunting, yang terbagi menjadi dua yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif, serta melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Lalu apa yang dapat dapat dilakukan oleh para ibu dan calon ibu?

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI dalam InfoDATIN (2016, 2) menyatakan, “Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1.000 HPK, namun status gizi remaja putri atau pranikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu.” Hal ini dikarenakan gizi janin bergantung sepenuhnya kepada ibu. Oleh karena itu kecukupan gizi ibu dan calon ibu sangat mempengaruhi janin yang dikandungnya (InfoDATIN, 2016).

Di sinilah peran ibu dan semua wanita yang akan menjadi calon ibu. Sebuah tugas berat untuk menyelamatkan generasi bangsa. Bahkan tugas itu sudah diamanatkan sejak kita menjadi remaja putri pranikah. Menjaga status gizi dalam diri kita sendiri sama dengan mengurangi risiko bayi stunting.

Kemudian saat menjadi ibu, menjaga asupan gizi janin yang dikandung dan bayi yang dilahirkan, begitu pula pendidikannya. Sebuah proses panjang dalam menjaga generasi bangsa di masa depan. Untuk itu diperlukan pola hidup sehat, pola makan sehat, dan wawasan yang luas sebagai bekal menjadi madrasah pertama bagi anak-anak karena “Al -Ummu madrasah Al-ula”. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Selamat hari ibu wahai para ibu dan calon ibu, selamat mendidik dan membesarkan putra-putri bangsa.

Referensi:
Millennium Challenge Account. Stunting dan Masa Depan Indonesia. http://www.mca-indonesia.go.id/assets/uploads/media/pdf/MCAIndonesia-Technical-Brief-Stunting-ID.pdf (diakses pada 21 Desember 2017)
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek 2016. InfoDATIN http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-pendek-2016.pdf (diakses pada 21 Desember 2017)
Tempo.co. 2017. Sepertiga Ibu Hamil Melahirkan Bayi Stunting, Apa Itu?. Tempo.co https://cantik.tempo.co/read/882736/sepertiga-ibu-hamil-melahirkan-bayi-stunting-apa-itu (diakses pada 21 Desember 2017)
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2017. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervesi Anak Kerdil (Stunting), Ringkasan. Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Ringkasan%20Stunting.pdf (diakses pada 21 Desember 2017)

(ded/ded)

Sumber:https://student.cnnindonesia.com/keluarga/20171222094604-436-264158/hari-ibu-wanita-stunting-dan-masa-depan-bangsa

LEAVE A REPLY