Blog Page 34

Komnas KIPI: Lapor Jika Alami Gejala Tak Biasa usai Vaksin

0
Simulasi vaksin Covid-19. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)

KPC PEN, CNN Indonesia | Minggu, 22/11/2020 13:24 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Berbagai gejala dan reaksi vaksin dirasakan berbeda-beda bagi tiap orang. Hal ini tergantung dari kondisi tubuh penerima vaksin saat itu. Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) mendorong masyarakat untuk segera melapor jika merasa ada gejala dan reaksi tak biasa.

Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari menerangkan, KIPI adalah setiap kejadian medis setelah imunisasi yang diduga mempunyai hubungan dengan pemberian vaksin. Hal itu dapat berupa gejala atau tanda yang tidak nyaman atau tidak diharapkan, kelainan hasil laboratorium, tanda atau penyakit. KIPI mungkin terjadi karena vaksin merupakan produk biologi.

“Ini adalah reaksi alamiah (tubuh) dari vaksin,” ucap Hindra dalam dialog produktif bertema ‘Keamanan Vaksin dan Menjawab KIPI’ yang diselenggarakan secara daring di Media Center Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) pada Kamis (19/11).

Hindra memaparkan, masyarakat bisa melaporkan KIPI melalui formulir yang bisa diunduh dari tautan berikut. Laporan tersebut kemudian akan ditindaklanjuti dan dikaji jika memang disebabkan oleh vaksin itu sendiri, atau prosedur pemberian, karena ada juga kemungkinan kebetulan semata.

“Sudah ada Komnas KIPI yaitu Komite Independen yang akan melakukan pengkajian untuk penanggulangan laporan KIPI. Komite ini terdiri dari orang-orang yang kompeten mulai dari dokter spesialis anak, spesialis penyakit anak, epidemiolog, hingga dokter forensik,” kata Hindra.

Menurutnya, KIPI yang terjadi kemungkinan besar tidak akan berat. Karena ketika proses pengembangan vaksin, keamanan selalu menjadi hal utama yang dinilai dan dipantau, bahkan sejak bakal vaksin masuk dalam fase praklinik. Setiap fase dalam uji klinis harus melewati proses keamanan untuk dapat maju ke fase berikutnya.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201122130743-260-572931/komnas-kipi-lapor-jika-alami-gejala-tak-biasa-usai-vaksin

Jumlah Kadar Gula Darah Normal dan Cara Menjaganya

0
Kadar gula darah normal penting demi mempertahankan imun tubuh yang kuat. 
(iStockphoto/simonkr)

CNN Indonesia | Senin, 23/11/2020 08:42 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Selama pandemi Covid-19, sistem imun tubuh menjadi perhatian banyak orang. Menjaga kadar gula darah normal merupakan salah satu hal yang wajib dipenuhi demi mempertahankan imun tubuh yang kuat.

Lalu, berapa jumlah kadar gula darah normal?

Kadar gula darah yang normal adalah kurang dari 100 mg/dl.

Jika sudah memasuki 100-125 mg/dl, maka tergolong dalam pradiabetes. Sedangkan, di atas 125 mg/dl sudah dikategorikan sebagai diabetes.

Orang yang memiliki gula darah mendekati atau lebih dari 100 mg/dl harus mengubah gaya hidup sehat.

Terdapat beberapa cara untuk menekan kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol. Berikut cara menjaga kadar gula darah tetap normal.

Makan makanan yang sehat dengan banyak buah dan sayuran, menjaga berat badan yang sehat, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur semuanya dapat membantu. Pantau selalu kadar gula darah Anda untuk melihat apa yang membuatnya naik atau turun.

Tips lainnya termasuk, sebagaimana dilansir CDC.

1. Atur makanan Anda

Makan pada waktu yang teratur, dan jangan melewatkan waktu makan. Pilih makanan rendah kalori, lemak jenuh, lemak trans, gula, dan garam.

Dan untuk camilan manis, pilihlah buah.

Sebuah studi 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Advances in Obesity Weight Management & Control menemukan bahwa makan lebih banyak buah dan sayuran kaya serat – seperti pisang, beri, dan brokoli, dapat membantu menurunkan gula darah dan menurunkan berat badan.

Tidak hanya itu, penting juga mengatur porsi makanan Anda. Gunakan metode piring: isi setengah piring Anda dengan sayuran tidak bertepung, seperempat dengan protein tanpa lemak, dan seperempat dengan biji-bijian atau makanan bertepung.

2. Perbanyak minum air

“Minum cukup air akan merehidrasi darah dan membantu ginjal kita membuang kelebihan gula dalam tubuh kita,” kata Dr. Lina Velikova, seorang penulis medis yang mempelajari penyakit autoimun, sebagaimana dilansir Insider.

Ini adalah alternatif yang jauh lebih sehat untuk minuman lain, yang sering kali menambah gula berlebih.

Satu studi tahun 2011 yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care menemukan bahwa orang yang minum lebih dari 1 liter air sehari 28 persen lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki gula darah tinggi dibandingkan mereka yang minum kurang dari setengah liter.

Sebagai referensi, asupan air yang disarankan adalah 1,6 liter untuk wanita dan 2 liter untuk pria, namun hal ini dapat bergantung pada berat badan. Baca lebih lanjut untuk mengetahui berapa banyak air yang harus Anda minum setiap hari. Selain itu, batasi minuman beralkohol.

3. Kelola stres

Tingkat stres juga dapat berdampak langsung pada gula darah. Saat Anda stres, hormon seperti kortisol meningkatkan kadar gula darah dan membuat tubuh Anda kurang efektif dalam menggunakan insulin.

“Makan sehat, berolahraga, dan minum cukup air adalah cara terbaik untuk menurunkan kadar gula darah tinggi,” kata Velikova. “Namun, itu tidak akan cukup jika kita banyak stres.”

Dia merekomendasikan untuk mengurangi stres dengan berolahraga, bermeditasi, atau membuat jurnal.

Selain beberapa cara tersebut, rutin berolahraga juga membantu Anda menjaga kadar gula darah normal.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201123081142-255-573151/jumlah-kadar-gula-darah-normal-dan-cara-menjaganya

8 Kesalahan yang Sering Terjadi saat Jalan Kaki

0
Ilustrasi. Meski tampak mudah, tapi masih ada banyak orang yang melakukan kesalahan 
saat olahraga jalan kaki. (morgueFile/jzlomek)

CNN Indonesia | Senin, 23/11/2020 09:44 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Berjalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah dan murah dilakukan. Namun, banyak orang melakukan kesalahan yang sering kali tak disadari saat berjalan kaki.

Hindari kesalahan umum ini agar manfaat jalan kaki dapat dirasakan dengan maksimal.

Berikut kesalahan yang paling sering terjadi saat jalan kaki:

1. Menggunakan sepatu yang salah

Gunakan sepatu olahraga yang tepat untuk berjalan kaki. Jangan gunakan sepatu untuk bermain bulutangkis, tenis, basket, atau voli saat jalan kaki. Pilih sepatu yang mendukung fleksibilitas tumit hingga ujung kaki untuk berjalan dengan nyaman. Cari pula sepatu yang empuk dan ringan, mempunyai aliran udara yang baik, dan tahan air.

2. Ukuran sepatu kurang pas

Banyak orang bertahan menggunakan sepatu yang kekecilan maupun kebesaran. Padahal, ukuran sepatu yang tidak pas akan memperberat langkah dan membuat jalan lebih sulit.

3. Menggunakan baju yang ketat

Selain sepatu, pakaian juga penting saat berjalan kaki. Pakaian yang terlalu ketat dapat membuat langkah menjadi berat dan keringat semakin bercucuran.

Gunakan pakaian yang longgar, nyaman, dan tidak basah karena keringat atau lembap.

4. Melewati rute yang sama

Melewati rute yang sama dapat menimbulkan kebosanan. Pilihlah rute yang berbeda setiap kali berjalan kaki, misalnya mencoba rute yang mendaki atau menurun. Cara ini dapat memperbaiki suasana hati dan juga memberikan tantangan baru pada otot dan sendi.

5. Musik terlalu keras

Ilustrasi Mendengarkan Musik

Ilustrasi mendengarkan musik. (StockSnap/Pixabay)

Musik sering kali jadi teman saat berjalan kaki. Namun, banyak orang memutar musik terlalu keras sehingga dapat membahayakan keselamatan.

Musik yang terlalu keras membuat Anda tidak sadar akan situasi sekitar misalnya gonggongan anjing atau kendaraan melintas dengan kecepatan tinggi.

6. Melihat ponsel

Berjalan kaki sambil melihat telepon genggam juga membahayakan keselamatan. Jika Anda harus melihat ponsel, berhenti sejenak dan selesaikan segera. Setelah itu, lanjutkan kembali olahraga Anda.

7. Tidak menghitung langkah atau jarak

Banyak orang tidak menghitung langkah atau jarak yang sudah ditempuh saat berjalan. Padahal, langka dan jarak penting agar olahraga jalan menjadi lebih terukur.

8. Postur yang salah

Banyak orang berjalan dengan postur yang bungkuk. Pastikan Anda selalu berjalan dengan postur yang tegap untuk mencegah cedera.

Sebagaimana dilansir Web MD, cara olahraga jalan yang benar adalah menegakkan tulang belakang, memastikan mata selalu menghadap ke depan, dan bahu rileks.

Ayunkan lengan secara alami saat menginjakkan dengan ringan dari tumit dan ujung kaki.

Setelah berjalan kaki, lakukan pula pendinginan sederhana untuk menenangkan sendi dan otot setelah perjalanan panjang.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201120183943-277-572561/8-kesalahan-yang-sering-terjadi-saat-jalan-kaki

Ahli Luruskan Mitos Vaksin Covid-19, Sel Janin hingga Babi

0
Mitos vaksin Covid-19 yang disebut mengandung babi dan janin bayi aborsi 
(iStockphoto/Vladans)

CNN Indonesia | Kamis, 19/11/2020 08:40 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Ada beberapa mitos tentang vaksin Covid-19 dan imunisasi yang berseliweran di tengah masyarakat.  Tidak sedikit mitos vaksin membuat masyarakat enggan menjalani vaksinasi untuk menangkal virus corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengamini bahwa satu  dari sepuluh ancaman kesehatan global adalah keraguan orang atas vaksin.

Namun, vaksin merupakan cara mencegah infeksi penyakit tertentu dengan efisien dan efektif. Vaksin terbukti mampu mencegah banyak penyakit seperti, BCG, Polio, Hepatitis B, Campak, Rubela, Hib, PCV, Influenza, Dengue, HPV.

“Yang perlu diketahui pula, apabila kita melakukan imunisasi pada banyak orang maka akan timbul yang disebut dengan imunitas populasi atau dikenal dengan herd immunity. Ini akan melindungi orang lain yang belum atau tidak bisa diberi vaksin seperti, bayi  atau orang dengan penyakit gangguan imun”, jelas Prof. Cissy Kartasasmita dikutip dari situs resmi.

Meski demikian, Cissy mengingatkan meski sudah ada vaksin perilaku 3 M masih harus dilakukan hingga akhir pandemi.

“Vaksin adalah salah satu cara kita untuk terlindungi dari infeksi penyakit tertentu. Namun kita tetap harus melakukan perilaku 3 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak aman) secara disiplin, sampai akhir pandemi nanti”, tuturnya.

Sebelumnya, Windhi Kresnawati, dokter spesialis anak dari Yayasan Orangtua Peduli menyebutkan tujuh mitos memang menjadi hambatan program vaksinasi sejak dulu, dilansir dari Covid-19.go.id.

Berikut 7 mitos seputar vaksin.

1. Penyakit infeksi bisa dihindari dengan gaya hidup sehat

Menurut Windhi pola hidup sehat belum cukup ampuh untuk mencegah infeksi penyakit tertentu. Ia mencontohkan kasus campak di Amerika Serikat (AS).

Saat ditemukan vaksin campak di AS pada 1963, penyakit ini berangsur-angsur hilang. Bahkan pada 1974, pemerintah AS menyatakan bahwa mereka bebas campak.

Padahal, pola dan gaya hidup warga AS sejak tahun 1963 hingga 1974 tidak ada perubahan. Artinya, peran terbesar atas hilangnya campak di AS adalah imunisasi atau vaksinasi. Bukan semata-mata gaya hidup yang sehat.

“Akibatnya, tahun 2018 Amerika Serikat kembali mengalami wabah campak. Ini disebabkan banyak pendatang dari negara lain yang tidak vaksin dan penolakan vaksinasi tinggi,” ujar Windhi.

Kondisi ini mulai berubah saat di AS mulai muncul sekte atau kelompok masyarakat yang meragukan vaksin MMR (campak, beguk, rubella). Lalu diikuti dengan semakin banyak orang ragu terhadap peran vaksin campak.

2. Anak yang diimunisasi tetap sakit

Windhi menjelaskan bahwa bila pun mengalami sakit, tingkat keparahan yang dialami pasien imunisasi sangat ringan. Anak-anak yang diimunisasi, bila sakit, akan terhindar dari kecacatan dan kematian.

“Dan jangan lupa, kalau Anda tidak diimunisasi dan Anda tidak sakit, berterimakasihlah kepada orang yang diimunisasi. Karena itulah herd immunity. Ketika kita berada di tengah orang-orang yang sehat, kita tidak terjangkit penyakit,” ujar Windhi.

3. Vaksin mengadung zat berbahaya.

Windhi menegaskan bahwa hal ini keliru. Vaksin yang sudah diproduksi massal harus memenuhi syarat utama: aman, efektif, stabil, dan efisien dari segi biaya. Artinya panjang prosesnya.

“Setelah dinyatakan aman, dipakai oleh masyarakat luas di bawah monitoring. Kalau negara kita di bawah BPOM.  Karena satu saja ada temuan efek samping yang tidak diinginkan itu bisa ditarik dan biasanya itu ketahuan di fase awal,” ujar Windhi.

Ahli meluruskan mitos seputar vaksin Covid-19, mulai dari penggunaan sel janin aborsi hingga kandungan babi.

Ilustrasi. Mitos vaksin Covid-19 yang disebut mengandung babi dan janin bayi 
aborsi (iStockphoto/FilippoBacci)

4. Vaksin sebabkan autisme

Windhi memastikan bahwa tidak ada kaitannya antara kandungan vaksin terhadap autisme pada anak. Hal ini sudah terbukti pada penelitian lebih dari 10 tahun.

Thimerosal merupakan salah satu kandungan vaksin yang sempat dituduh memicu autisme pada anak. Thimerosal berfungsi sebagai pengawet vaksin.

Amerika Serikat pernah menghapuskan kandungan thimerosal pada tahun 1999 karena takut bahwa kandungannya bisa memicu autisme. Tapi, setelah thimerosal dihapuskan, angka autisme di Amerika Serikat tidak turun.

“Angka autis malah naik. Artinya tidak ada hubungan antara autis dengan thimerosal,” kata Windhi.

Peneliti juga melihat kadar thimerosal pada tubuh anak autis dan anak non autis. Hasilnya, tidak ada perbedaan di antara keduanya. Hal ini semakin menguatkan bahwa thimerosal tidak menyebabkan autisme, melainkan genetika.

5. Mitos vaksin mengandung sel janin aborsi.

Menurut Windhi sel janin memang pernah digunakan pada tahun 1960.

“Jadi, kalau ada yang bilang ada sel janin yang digunakan, itu terjadi pada tahun 1960-an, di mana digunakan secara legal untuk membuat vaksin dan itu sekali saja proses yang terjadi.”

Lebih lanjut, ia menjelaskan virus memang perlu inang berupa sel hidup untuk bisa bertahan dan berkembang biak.

Dalam pembuatan vaksin, virus memang akan menginfeksi sel hidup itu dan diproduksi berulang-ulang selama bertahun-tahun dengan meninggalkan sel awal. Sedangkan yang diambil sebagai komponen vaksin adalah bagian dari virus atau virusnya tersendiri.

“Lantas apakah dalam vaksin ada sel janin? Jawabannya, hanya ada hasil produknya, yakni berupa virusnya saja,” kata Windhi.

6. Mitos penyakit yang sudah ada vaksinnya, tak perlu vaksinasi lagi.

Menurut Windhi beberapa riset menunjukkan penurunan angka vaksinasi memicu kenaikan penyakit spesifik yang dilawan vaksin tersebut.

Hal ini sempat terjadi di Indonesia pada medio akhir 2017 lalu. Awalnya wabah difteri terjadi di Jawa dan merambah ke Sumatra. Pemerintah pun memutuskan untuk melakukan imunisasi nasional dan menggratiskan imunisasi difteri hingga usia 19 tahun.

“Polio sempat muncul kembali di Papua, padahal kita pernah dapat bendera bebas polio dari WHO,” jelas Windhi.

7. Isu halal-haram vaksin terkait babi

Windhi menyampaikan bahwa isu ini hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di Timur Tengah dengan negara berpenduduk mayoritas Muslim, pro kontra terhadap kehalalan vaksin tidak terjadi. Semua masyarakat dunia pun sepakat pentingnya vaksin.

“Dan peserta haji wajib divaksin. Makanya saya bilang lucu, kenapa di kita doang. Jadi pemicunya ada Trypsin yang dipinjam dari enzim babi untuk hasilkan panen yang baik. Supaya dapat komponen vaksin,” kata Windhi.

Ia mengatakan, masyarakat perlu memahami bahwa tidak ada bagian babi yang masuk dalam vaksin. Enzim ini akan dimurnikan kembali sehingga komponen perantara tidak ikut masuk pada vaksin. Ketika dalam proses pembuatannya bersinggungan dengan enzim dari babi, pada produksi akhirnya hanya virus yang masuk dalam vaksin.

“Seandainya tetap tidak mau. Karena bersinggungan, kita merujuk negara lain yang maju yang mayoritas Muslim dan MUI yang sudah sampaikan halal. Untuk kebaikan dan dalam keadaan mencegah penyakit yang lebih berat dan berbahaya, vaksin halal,” katanya.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201119082043-199-571704/ahli-luruskan-mitos-vaksin-covid-19-sel-janin-hingga-babi/2

 

Efek Samping Vaksin Corona Buatan Pfizer

0
Ilustrasi. Ahli ungkap sejumlah efek samping dari vaksin corona buatan Pfizer dan 
BioNTech (AFP/JUSTIN TALLIS)

CNN Indonesia | Kamis, 19/11/2020 10:22 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Vaksin Covid-19 besutan Pfizer dan BioNTech meski 95 persen efektif tetap akan memberikan efek samping kepada pasien.

Para ilmuwan menyebut efek samping dari vaksin ini dengan gejala seperti flu, seperti sakit di lengan, sakit pada otot, sakit kepala dan demam.

Efek samping ini bisa berlangsung selama beberapa hari. Pada beberapa orang, efek samping ini bisa menyebabkan mereka absen dari kantor atau sekolah.

Meski disebut 95 persen efektif, namun 1 dari 10 penerima vaksin disebut tetap rentan terinfeksi virus corona. Hal ini diungkap Pfizer dan BioNTech dalam pernyataan Senin (9/11) lalu. Meski demikian, mereka tidak memaparkan data yang menjadi dasar dari pernyataan tersebut.

Sehingga, dalam jangka pendek warga tetap masih harus melakukan 3M seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Hal ini mesti tetap dilakukan hingga kekebalan populasi (herd immunity) terbentuk dan pandemi berakhir, seperti diserukan WHO.

Data dari uji coba awal dari berbagai vaksin Covid-1 lain juga menunjukkan efek samping yang tidak ganas. Meski efek samping ini tergolong ringan, ada kemungkinan mengganggu aktivitas harian.

Seorang eksekutif senior Pfizer mengatakan kepada Stat News, efek samping dari vaksin Pfizer bakal mirip dengan vaksin dewasa standar. Tapi efeknya lebih buruk dari vaksin pneumonia Prevnar besutan Pfizer atau vaksin flu lain.

Sebagai contoh dua dosis vaksin Shingrix, menyebabkan nyeri lengan pada 78 persen penerima dan nyeri otot serta kelelahan pada lebih dari 40 persen pemakai.

Vaksin Shingrix digunakan untuk melindungi orang dewasa dari virus penyebab herpes zoster. Sementara suntikan vaksin flu musiman dapat menyebabkan nyeri di tempat suntikan, sakit dan demam, seperti dikutip NBC News.

“Kami meminta orang-orang untuk mengambil vaksin yang akan menyakitkan,” kata Dr. William Schaffner, seorang profesor kedokteran pencegahan dan kebijakan kesehatan di University Pusat Kesehatan Vanderbilt.

“Ada banyak lengan yang sakit dan sejumlah besar orang yang merasa lesu, dengan sakit kepala dan nyeri otot, selama satu atau dua hari.”

Namun, menurut Dr. Paul Offit, ahli vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia yang duduk di dewan penasihat Pengawas Obat dan Makanan AS yang ikut mempertimbangkan vaksin Covid-19 menyebut efek samping yang paling mungkin terjadi baru bisa dijelaskan setelah data lengkap dari uji coba Pfizer dan lainnya diumumkan.

“Saat Anda melihat data tersebut, Anda dapat lebih akurat menentukan kelompok orang mana yang paling mungkin mengalami efek samping, apa khasiatnya, apa yang kita ketahui tentang berapa lama khasiat bertahan, “katanya.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201119101445-199-571751/efek-samping-vaksin-corona-buatan-pfizer

7 Manfaat Tak Terduga Kulit Pisang yang Sering Dibuang

0
Ilustrasi. Tak hanya dagingnya, kulit pisang juga memiliki berbagai manfaat 
tak terduga, mulai dari merawat kulit tetap sehat dan membuat tanaman lebih subur. 
(stevepb/Pixabay)

CNN Indonesia | Senin, 16/11/2020 08:57 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Bukan rahasia lagi, pisang punya segudang manfaat untuk kesehatan. Tapi, tak hanya dagingnya, manfaat kulit pisang juga dapat Anda nikmati untuk berbagai hal.

Pisang menjadi salah satu buah pilihan banyak orang. Pisang mengandung serat dan nutrisi penting lainnya seperti kalium dan berbagai senyawa antioksidan.

Saat memakan pisang, kebanyakan orang membuat kulitnya. Tapi, tunggu dulu, Anda dapat mempertimbangkan untuk tidak membuang kulitnya agar dapat digunakan kembali.

Berikut manfaat kulit pisang, melansir Healthline.

1. Untuk perawatan kulit

Mengoleskan kulit pisang pada wajah disebut dapat membantu mencerahkan kulit dan mengurangi kerutan. Kulit pisang juga dapat membantu melembapkan kulit dan menghilangkan bekas jerawat.

Meski tak didukung uji klinis, namun beberapa penelitian menunjukkan kandungan dalam kulit pisang yang menawarkan sejumlah nutrisi.

Sebuah tinjauan tahun 2018 menemukan, kulit pisang kaya akan fenolat, senyawa antimikroba dan antioksidan yang dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan. Studi lain menemukan, ekstrak kulit pisang juga bersifat anti-inflamasi.

2. Untuk kesehatan rambut

Beberapa ahli menyarankan untuk menggunakan kulit pisang sebagai masker rambut. Kulit pisang disebut bisa membuat rambut lebih lembut dan berkilau.

Senyawa antioksidan dapat menetralkan radikal bebas yang bisa menjaga rambut tetap kuat dan sehat.

Ilustrasi Kepleset

Ilustrasi. Daripada membuangnya, gunakan kembali kulit pisang yang memiliki 
berbagai manfaat. (stevepb/Pixabay)

3. Untuk memutihkan gigi

Sebuah studi tahun 2015 menemukan, kulit pisang dapat melawan bakteri A. actinomycetemcomitans dan P. gingivalis. Kedua bakteri ini berkontribusi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis.

Para praktisi kesehatan holistik mengatakan, menggosok kulit pisang pada gigi juga baik untuk kesehatan gigi dan gusi. Anda disarankan untuk melakukannya setiap hari selama sepakan demi mendapatkan gigi yang lebih putih.

4. Sebagai pertolongan pertama

Sifat antimikroba, antioksidan, dan anti-inflamasi yang dimiliki membuat kulit pisang dapat dijadikan sebagai pertolongan pertama untuk beberapa kondisi.

Kulit pisang dapat Anda gunakan untuk mengatasi ruam dan gatal akibat gigitan serangga. Kulit pisang juga dapat mengurangi sakit kepala dengan menempatkan kulit pisang beku pada dahi dan leher.

5. Untuk keperluan rumah tangga

Alih-alih membuangnya, banyak orang menggunakan kulit pisang sebagai keperluan rumah tangga. Mengoleskan kulit pisang dapat membantu mencerahkan daun tanaman hias, sepatu kulit, dan perangkat makanan yang terbuat dari perak.

6. Untuk berkebun

Banyak tukang kebun organik merekomendasikan penggunaan kulit pisang untuk membuat tanaman lebih subur. Mereka menyarankan untuk memasukkan kulit pisang ke tanah sebagai makanan cacing, mencampurnya dengan air untuk digunakan sebagai pupuk, menempatkannya di tanaman mawar sebagai pencegah kutu, dan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos.

7. Dikonsumsi dan diracik sebagai makanan

Beberapa orang diketahui gemar mengonsumsi kulit pisang secara langsung. Selain itu, Anda juga dapat merebus kulit pisang dalam air untuk dijadikan teh, menjadikan kulit pisang sebagai bahan pembuatan sambal, dan menghaluskan kulit pisang sebagai smoothie.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201116081141-262-570137/7-manfaat-tak-terduga-kulit-pisang-yang-sering-dibuang

 

Kenali dan Cegah Pneumonia, Penyakit Mematikan pada Balita

0
Pneumonia merupakan penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia. 
(iStockphoto/Amax Photo)

HARI PNEUMONIA DUNIA

CNN Indonesia | Kamis, 12/11/2020 09:51 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Hari Pneumonia Sedunia diperingati setiap tahun pada 12 November. Terlepas dari Covid-19 yang saat ini belum mereda, pneumonia juga tidak boleh diabaikan, terutama pada balita.

Pneumonia merupakan penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi 15,5 persen. Tahun lalu, terdapat 467.383 kasus Pneumonia pada balita.

Berdasarkan data WHO pada 2017, terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut atau 17 persen dari seluruh kematian balita. Itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-7 di dunia sebagai negara dengan kasus pneumonia tertinggi.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nastiti Kaswandani memaparkan bahwa pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang.

“Paling banyak penyebabnya infeksi. Jaringan paru ini merupakan organ penting untuk pertukaran oksigen, kalau ada masalah itu, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak jarang menyebabkan kematian,” katanya dalam acara diskusi daring, beberapa waktu lalu.

Selain itu, Nastiti mengungkapkan bahwa pneumonia juga sering terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma (common cold).

“Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan mereka,” papar Nastiti.

Untuk itu, ia kemudian membagikan tanda-tanda anak mengidap pneumonia yang perlu dicermati.

1. Batuk dan Demam yang Berkelanjutan

Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan.

Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma.

2. Kesulitan Bernapas

Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas dengan ditandai:

– Frekuensi napas lebih cepat

– Napas cuping hidung

– Tarikan dinding dada dan perut

– Bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah

Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan. Bayi yang mengalami kesulitan bernafas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman.

Dokter Nastiti menyarankan untuk segera menemui dokter jika ragu atas gejala-gejala yang dialami anak.

“Kalau demam tidak turun selama dua tiga hari dan diikuti dengan nafas yang lebih cepat atau sesak nafas, maka segera bawa ke rumah sakit,” kata Nastiti.

Upaya pencegahan dan perlindungan oleh orangtua, masyarakat dan semua pihak perlu ditingkatkan agar anak Indonesia bukan saja terhindar dari wabah pandemi namun juga terhindar dari penyakit mematikan lain yang masih mengancam mereka seperti Pneumonia.

Atas kondisi ini, CEO Save the Children Indonesia, Selina Sulung pun mengampanyekan gerakan STOP Pneumonia yang sudah digalakkan sejak 2018 untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat. Kampanye itu sendiri berisi empat anjuran, yakni:

– ASI eksklusif enam bulan, menyusui ditambah MPASI sampai 2 tahun.

– Tuntaskan imunisasi untuk anak.

– Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit.

– Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201111175907-255-568684/kenali-dan-cegah-pneumonia-penyakit-mematikan-pada-balita

Jaga Kesehatan Secara Holistik: Fisik, Mental, dan Sosial

0
Ilustrasi. Di Hari Kesehatan Nasional, masyarakat diingatkan untuk menjaga 
kesehatan secara holistik atau menyeluruh. (Fajrian)

CNN Indonesia | Kamis, 12/11/2020 10:49 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Belakangan, kalimat ‘Jaga kesehatan, ya’ kerap dilontarkan untuk merujuk tetap aman dari penularan Covid-19. Padahal, makna sehat sebenarnya tak hanya bebas dari penyakit fisik, tapi juga mental. Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional, masyarakat seyogianya diingatkan kembali mengenai konsep kesehatan holistik, di mana kesehatan fisik dan mental saling terkait satu sama lain.

“Jadi kesehatan holistik itu menyeluruh, tidak hanya fisik, tapi bahwa itu juga menyangkut mental dan sosial,” kata Ketua Komisi Medik Halodic, Theresia Novi, dalam diskusi media, Rabu (11/11).

Jika ingin dibedah satu per satu, sehat secara fisik diartikan sebagai kondisi fisik yang berfungsi dan bekerja normal. Mengutip Medical News Today, kondisi fisik dibilang normal saat tak ada penyakit, olahraga teratur, memenuhi kebutuhan nutrisi, dan istirahat cukup. Sementara kesehatan mental berhubungan dengan kesejahteraan emosional, sosial, dan psikologis seseorang.

Psikolog klinis Rena Masri menuturkan, kesehatan mental umumnya dipengaruhi tekanan atau stressor. Masa pandemi, lanjut dia, menghadirkan stressor baru buat banyak orang, baik dari internal ataupun eksternal.

Internal lebih berkaitan pada diri termasuk ketahanan seseorang terhadap stres. Sedangkan tekanan eksternal ada tiga, di antaranya rutinitas, ada perubahan signifikan, dan musibah.

“Terkait Covid-19 ada dua yakni, perubahan signifikan dan musibah. Ini sangat memberikan tekanan ke kita semua,” jelas Rena.

Oleh karena itu perlu ada adaptasi dari tekanan-tekanan sehingga stres bisa dikelola. Jika tidak bisa dikelola, seseorang bisa mengalami gangguan kesehatan mental jangka panjang.

Anda juga diingatkan untuk tidak melupakan kesehatan secara sosial. Orang yang memiliki relasi sosial cenderung memiliki umur yang lebih panjang. Terlebih di masa pandemi, di mana menjadi relasi dengan orang-orang terdekat mengambil peran penting untuk menjaga diri tetap positif.

Baik itu kesehatan fisik, mental, dan sosial saling berhubungan satu sama lain. Saat salah satu di antaranya tak terjaga dengan baik dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201111200316-255-568742/jaga-kesehatan-secara-holistik-fisik-mental-dan-sosial

Ilmuwan Klaim Temukan ORF3d, Gen Misterius di Covid-19

0
Ilustrasi gen Covid-19. (iStockphoto/BlackJack3D)

CNN Indonesia | Rabu, 11/11/2020 19:38 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Tim peneliti mengklaim telah menemukan gen misterius dalam kode genetik virus corona SARS-CoV-2. Gen yang baru diidentifikasi itu disebut ORF3d.

Gen ORF3d diketahui merupakan gen yang tumpang tindih, sejenis ‘gen di dalam gen’ yang secara efektif tersembunyi dalam untaian nukleotida. Gen itu tumpang tindih dengan urutan kode dari gen lain.

Melansir Science Alert, gen yang tumpang tindih sulit diidentifikasi dalam sekuens genetik. Sebab, sistem pemindaian genom sering melewatkannya saat menjalankan rangkaian kode genetik.

“Dalam hal ukuran genom, SARS-CoV-2 dan kerabatnya termasuk di antara virus RNA terpanjang yang ada. Dengan demikian mereka mungkin lebih rentan terhadap ‘tipu muslihat genom’ daripada virus RNA lainnya,” ujar ahli bioinformatika Museum Sejarah Alam Amerika, Chase Nelson.

Nelson menuturkan virus sebenarnya cukup rentan menjadi tempat bagi gen yang tumpang tindih. Sehingga, ORF3d dinilai bukan penemuan yang mengejutkan. Namun, pengabaian adanya gen yang tumpang tindih berpotensi membuat diabaikannya aspek penting biologi virus.

“Gen yang tumpang tindih mungkin menjadi salah satu cara di mana virus corona telah berevolusi untuk mereplikasi secara efisien, menggagalkan kekebalan tubuh, atau menularkan dirinya sendiri,” ujarnya.

Melansir Museum Sejarah Alam Amerika, tim peneliti mengidentifikasi ORF3d, gen baru yang tumpang tindih dalam SARS-CoV-2 yang berpotensi menyandikan protein yang lebih lama dari yang diharapkan secara kebetulan saja.

Mereka menemukan bahwa gen ini juga ada dalam virus corona trenggiling yang ditemukan sebelumnya, mungkin mencerminkan kehilangan atau perolehan berulang dari gen ini selama evolusi SARS-CoV-2 dan virus terkait.

Selain itu, ORF3d telah diidentifikasi secara independen dan terbukti menimbulkan respons antibodi yang kuat pada pasien Covid-19, yang menunjukkan bahwa protein gen baru diproduksi selama infeksi pada manusia.

“Kami belum mengetahui fungsinya atau apakah ada signifikansi klinis. Tapi kami memperkirakan gen ini relatif tidak mungkin dideteksi oleh respons sel-T, berbeda dengan respons antibodi. Dan mungkin itu ada hubungannya dengan bagaimana gen itu bisa muncul,” ujar Nelson.

Gen yang tumpang tindih disebut sulit dikenali dan sebagian besar program komputer ilmiah tidak dirancang untuk menemukannya. Namun, mereka umum ditemukan pada virus.

sumber:https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201111175432-199-568682/ilmuwan-klaim-temukan-orf3d-gen-misterius-di-covid-19

- Advertisement -