Blog Page 91

Gedung Putih Minta Saran Sektor Swasta Soal Keamanan Dunia Maya

0
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS John Kelly (kanan) mendengarkan Presiden Donald Trump dalam pertemuan dengan para ahli keamanan dunia maya di Gedung Putih (31/1). (Reuters/Kevin Lamarque)

 

Rencana inpres itu mengangap dunia maya sebagai wilayah yang sama rentannya dengan serangan di darat, laut dan udara.

Gedung Putih diperkirakan akan mengeluarkan keputusan untuk meningkatkan upaya-upaya keamanan dunia maya, yang akan dilakukan sebagian besar bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Amerika.

Dalam pertemuan siang hari mengenai isu-isu keamanan dunia maya, Presiden Donald Trump mengatakan “kita harus bekerjasama dengan sektor swasta. Sektor swasta jauh lebih maju dari pemerintah dalam kasus ini, untuk memastikan para pemilik dan pelaksana infrastruktur penting mendapat dukungan yang diperlukan dari pemerintah federal untuk melawan ancaman-ancaman dunia maya.”

Rencana keppres itu mengangap dunia maya sebagai wilayah yang sama rentannya dengan serangan di darat, laut dan udara, di mana pemerintah Amerika Serikat bertanggung jawab untuk melindungi negara dari serangan-serangan yang bisa “mengancam kepentingan nasional Amerika atau menyebabkan kerugian besar pada pribadi dan keamanan ekonomi warga Amerika.”

Dalam sesi hari Selasa (31/1) para pejabat menyampaikan minat belajar dari upaya-upaya keamanan siber sektor swasta, termasuk mereka yang berasal dari industri energi dan listrik, keuangan dan rumah sakit.

“Sektor swasta terbuka luas terhadap peretasan dan kadang kala dengan meretas sektor swasta bisa masuk ke pemerintah. Jadi kita tidak bisa melakukan ini secara terpisah,” kata penasihat keamanan dunia maya dan mantan walikota New York Rudy Giuliani.

Pejabat pemerintah yang berharap bisa belajar dari sektor swasta akan mengungkap tantangan-tantangan luas di seputar keamanan dunia maya. Konglomerat teknologi Cisco Systems baru-baru ini merilis laporan keamanan dunia maya tahunannya yang ke 10, gambaran mengenai bidang perusahaan terknologi informasi, dengan mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi bagian IT di berbagai bidang industri. [my/al]

Sumber:http://www.voaindonesia.com/a/gedung-putih-swasta-keamanan-dunia-maya/3701298.html

Ilmuwan Indonesia, AS Kembangkan Sistem Peringatan Tsunami Baru

0
Peta lokasi pusat gempa di Mentawai Maret 2016. (Courtesy BMKG)

 

Sebuah jaringan prototipe sensor bawah laut telah dipasang antara Padang dan Kepulauan Mentawai.

Sistem deteksi tsunami di Indonesia, yang terdiri dari sensor-sensor dasar laut yang berhubungan dengan pelampung transmisi di permukaan, telah menjadi tidak berguna karena dirusak vandalisme dan kekurangan dana.

Sekarang para ilmuwan Indonesia dan Amerika Serikat mengatakan mereka telah mengembangkan sistem baru dengan pelampung-pelampung yang mahal dan kemungkinan lebih cepat beberapa menit dalam memberi peringatan di kota-kota pesisir yang rentan.

Prototipe tersebut, dibuat selama hampir empat tahun, dirancang untuk mendeteksi tsunami dekat daratan dan telah dicoba di Padang, Sumatera Barat. Sistem ini masih menunggu keputusan soal pendanaan pemerintah untuk menghubungkannya dengan badan-badan penanggulangan bencana di darat.

Tsunami yang dipicu gempa pada 26 Desember 2004 di Samudera Hindia yang membuat hampir 230.000 orang tewas atau hilang, sebagian besar di Indonesia, memicu urgensi memastikan masyarakat memiliki peringatan secepat mungkin.

Namun ketika gempa besar menghantam dekat Kepulauan Mentawai, sekitar 170 kilometer dari Padang, Maret tahun lalu, tidak satu pun dari pelampung di daerah ini yang seharusnya mengirimkan peringatan tsunami bekerja.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan ke-22 pelampung di Indonesia, yang harganya masing-masing beberapa ratus ribu dolar dan pengoperasiannya juga mahal, tidak ada yang bekerja akibat pengrusakan oleh awak kapal atau kurangnya dana perawatan.

Gempa di Mentawai itu tidak menimbulkan tsunami tapi evakuasi berlangsung ricuh di Padang, yang berpenduduk satu juta, dan kota-kota lain, yang memiliki waktu paling banyak 30 menit sebelum tsunami melanda. Karena kurangnya informasi, para petugas tidak membatalkan peringatan tsunami selama dua jam.

“Kini tidak ada pelampung di Indonesia. Semuanya rusak,” ujar Iyan Turyana, insinyur kelautan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

“Jika Anda tinggal di Padang, di Bengkulu, hidup Anda sangat berbahaya.”

Jerman dan Amerika Serikat menyediakan 12 dari pelampung-pelampung itu, tapi tidak merawatnya, ujarnya.

Aceh identik dengan risiko tsunami, tapi sekarang Padang dan kota-kota di dekatnya menghadapi bahaya lebih besar disapu gelombang-gelombang raksasa.

Untuk meningkatkan kemampuan deteksi, Jepang yang rentan tsunami telah menghubungkan puluhan sensor dasar laut di lepas pesisir timurnya dengan kabel-kabel serat optik sepanjang ribuan kilometer. Sistem itu memakan biaya beberapa ratus juta dolar dan upaya yang sama mustahil diterapkan di Indonesia.

Gempa Tidak Efektif

Namun dengan pendanaan US$3 juta dari Yayasan Sains Nasional AS, sebuah jaringan prototipe sensor bawah laut telah dipasang antara Padang dan Kepulauan Mentawai.

Pelampung-pelampung tidak diperlukan karena seismometer bawah laut dan sensor tekanan memberikan gelombang suara berisi data ke air permukaan yang hangat. Dari situ mereka berbelok kembali ke kedalaman laut, menempuh 20-30 kilometer ke simpul berikutnya di jaringan itu dan seterusnya.

Uji coba sistem peringatan regional tsunami di kantor Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

 

Pada titik akhir bawah laut, jaringan itu memerlukan beberapa kilometer kabel serat optik untuk menghubungkannya dengan stasiun pantai di Kepulauan Mentawai di mana curahan data akan ditransmisikan oleh satelit ke badan meteorologi dan geofisika, yang mengeluarkan peringatan-peringatan tsunami, dan kepada para petugas bencana di Padang.

“Seluruh proses kemungkinan hanya perlu 1-3 menit bukannya 5-45 menit seperti sistem pelampung pada umumnya,” ujar Louise Comfort, ahli penanggulangan bencana dari University of Pittsburgh yang memimpin proyek tersebut, yang juga melibatkan para insinyur dari Lembaga Oseanografi Woods Hole.

“Kami mendapat catatan gerakan seismis yang lebih cepat sehingga mendapatkan waktu beberapa menit yang sangat berharga,” ujarnya. “Dan kami mendapat sinyal yang lebih jelas mengenai apakah akan ada atau tidak ada tsunami.”

Memasang kabel itu akan memakan biaya pemerintah sekitar Rp 1,5 miliar, ujar Iyan dari BPPT. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sedang mempertimbangkan proposal pendanaan.

Sistem itu belum dipasang di mana pun, tapi dapat menjadi opsi bagi negara-negara atau wilayah miskin lain yang rentan tsunami.

Sejak 2004, mantra di antara para pejabat bencana di Indonesia adalah bahwa gempa merupakan peringatan tsunami dan sinyal untuk evakuasi segera. Tidak semuanya yakin sistem deteksi tsunami itu penting.

“Mengapa? Karena tsunami terlalu cepat untuk mencapai daratan. Setelah gempa, kita berevakuasi. Tidak perlu mendeteksi tsunami. Evakuasi saja. Itu opini keduanya. Itulah sebabnya sulit mendapatkan anggaran,” ujar Iyan.

Namun tanpa sistem yang dapat diandalkan yang dapat mengurangi peringatan keliru, dampak peringatan keliru itu akan mengubah perilaku orang-orang, ujar pendukung jaringan deteksi.

Selain itu, deteksi dini dapat memberikan informasi penting kepada para pejabat bencana mengenai tsunami, seperti tinggi gelombang dan di mana serta kapan mereka akan menghantam daratan.

“Sistem ini akan memastikan tsunami benar-benar datang,” ujar Febrin Ismail, insinyur struktural yang terlibat dalam penanggulangan gempa dan perencanaan tsunami di Padang.

“Kadang-kadang setelah gempa, orang-orang lari dan kemudian mereka melihat tsunami tidak ada. Nantinya mungkin mereka tidak akan lari lagi. Kami khawatir gempa itu tidak efektif.” [hd]

 

Sumber:http://www.voaindonesia.com/a/ilmuwan-indonesia-as-sistem-peringatan-tsunami/3699775.html

Silicon Valley Sumbangkan Dana, Tenaga Lawan Larangan Imigrasi Trump

0
Elon Musk, Kepala SolarCity dan CEO Tesla Motors, berbicara di KTT Energi SolarCity di Manhattan, New York. (Foto: Dok)

 

Beberapa eksekutif Silicon Valley memberikan sumbangan kepada upaya-upaya hukum untuk mendukung para imigran yang menghadapi pelarangan.

Silicon Valley mengambil tempat di depan pada akhir pekan dalam perlawanan korporat terhadap larangan imigrasi Presiden AS Donald Trump, dengan mendanai gugatan hukum, mengkritik rencana tersebut, dan membantu para pegawai yang terimbas perintah eksekutif Trump itu.

Dalam sebuah industri yang telah lama bergantung pada imigran dan merayakan kontribusi mereka, serta mendukung aktivisme liberal seperti hak-hak gay, pada awalnya tidak banyak konsensus mengenai bagaimana merespon langkah Trump hari Jumat (27/1).

Namun, meski sebagian besar di dalam industri teknologi tidak secara langsung mengkritik presiden baru dari Partai Republik itu, mereka melangkah lebih jauh dibandingkan para mitranya di sektor lain, yang sebagian besar tutup mulut selama akhir pekan. Sebagian besar dari bank-bank besar AS dan perusahaan otomotif, misalnya, menolak berkomentar saat ditanya Reuters.

Trump memerintahkan larangan sementara terhadap orang-orang yang datang dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim dan penangguhan 120 hari terhadap pemukiman pengungsi. Aksi ini memicu protes global, dan menimbulkan kebinungan dan kemarahan setelah para imigran, pengungsi dan pengunjung dilarang naik pesawat dan terlunta-lunta di bandar-bandar udara.

Perusahaan-perusahaan besar seperti Apple Inc, Google dan Microsoft Corp menawarkan bantuan hukum pada para pegawai yang terimbas perintah eksekutif itu, menurut surat-surat yang dikirim kepada staf. Beberapa eksekutif Silicon Valley memberikan sumbangan kepada upaya-upaya hukum untuk mendukung para imigran yang menghadapi pelarangan.

CEO Tesla Elon Musk dan direktur Uber Travis Kalanick mengatakan di Twitter bahwa mereka akan membawa keprihatinan industri mengenai imigrasi ke dewan penasihat bisnis Trump, dimana mereka menjadi anggotanya.

Kalanick telah menghadapi kecaman di media sosial karena setuju menjadi bagian kelompok penasihat tersebut. Dalam tulisan di halaman Facebooknya hari Minggu, Kalanick menyebut larangan imigrasi itu “keliru dan tidak adil” dan mengatakan bahwa Uber akan menyediakan dana US$3 juta untuk membantu para pengemudi dengan masalah-masalah imigrasi.

Di antara yang terimbas larangan tersebut adalah Khash Sajadi, warga Iran keturunan Inggris yang merupakan kepala eksekutif perusahan teknologi Cloud 66 di San Francisco, yang terjebak di London. Seperti banyak pekerja teknologi lainnya, ia memegang visa H1B, yang memungkinkan warga-warga negara asing dengan keahlian khusus untuk bekerja di perusahaan-perusahaan AS.

Sajadi mengatakan ia berharap perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook akan mengambil tindakan hukum untuk melindungi para pegawai yang terdampak. Hal itu dapat membantu membuat preseden untuk orang-orang dengan situasi sama, namun ada di perusahaan lebih kecil.

“Pada akhirnya, hanya berbicara saja tidak akan mengubah sesuatu” jika mereka tidak kaya dan tidak tinggal di pesisir Timur atau Barat [tempat perusahaan-perusahaan teknologi besar berada], ujarnya.

Protes ‘Tech Against Trump’

Respon dari perusahaan-perusahaan teknologi telah “sekuat mungkin,” ujar Eric Talley, profesor hukum korporasi dari Fakultas Hukum Universitas Columbia.

“Salah satu aspek sulit dari reaksi terhadap pemerintahan Trump dalam dua minggu pertamanya adalah mencoba menyeimbangkan keinginan mengekspresikan keprihatinan yang sah dengan konsekuensi berdiri terlalu jauh dari orang-orang lain,” ujarnya.

Industri teknologi juga memiliki isu-isu lain yang mungkin menempatkan mereka di pihak yang berlawanan dengan Trump, termasuk kebijakan perdagangan dan keamanan dunia maya.

Presiden Mountain View, inkubator perusahaan rintisan Y Combinator di California, Sam Altman, menulis dalam tulisan blog yang dibaca banyak orang, mendesak para pemimpin sektor teknologi untuk bersatu melawan larangan imigrasi itu. Ia mengatakan ia telah berbicara dengan beragam orang mengenai pengorganisasian tapi tetap tidak yakin tindakan apa yang paling baik.

“Jujur saja kami belum tahu,” ujarnya. “Kami sedang membahasnya dengan kelompok-kelompok legal dan teknologi, tapi hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan saya kira tidak ada yang memiliki buku panduannya.”

Pada perusahaan transportasi Lyft, para pendirinya John Zimmer dan Logan Green, menjanjikan dalam blog perusahaan akan mendonasikan satu juga dolar dalam empat tahun ke depan untuk Serikat Kemerdekaan Sipil Amerika (ACLU), yang memenangkan gugatan melawan sebagian perintah eksekutif Trump pada Sabtu malam.

Eksekutif lain, seperti Stewart Butterfield dari Slack dan kedua mitra Union Square Ventures, Albert Wenger dan Fred Wilson berjanji akan menyamai kontribusi untuk ACLU.

Michael Dearing, pendiri perusahaan permodalan Harrison Metal, membentuk upaya yang disebut Project ELLIS — singkatan dari Entrepreneurs’ Liberty Link in Silicon Valley — untuk membantu perusahaan-perusahaan rintisan dan perusahaan-perusahaan teknologi yang lebih kecil dengan isu-isu imigrasi. “ELLIS” juga merupakan referensi untuk Pulau Ellis di New York, tempat jutaan imigran tiba.

Dalam kurang dari sehari, kelompok ini telah menangani dua kasus, ujarnya.

Dave McClure, mitra pendiri 500 Startups dan pengkritik yang vokal terhadap Trump, mengatakan perusahaan investasinya akan segera membuka dana pertama di Timur Tengah dan akan menggeser perhatian untuk mendukung para wirausaha di negara-negara asal mereka, jika membawa mereka ke Amerika Serikat mustahil.

​Para pegawai rendahan telah mendesak para eksekutif untuk bertindak lebih jauh pada akhir pekan.

Tak lama setelah mengetahui perintah Trump, Brad Taylor, insinyur berusia 37 tahun yang bekerja di perusahaan analisis web Optimizely, mulai mengorganisir “Tech Against Trump,” sebuah demonstrasi yang dijadwalkan berlangsung pada 14 Maret.

Selain berdemonstrasi di Palo Alto, California, para penyelenggara acara ini mendesak para pegawai industri teknologi di perusahaan-perusahaan yang diam saja terhadap Trump untuk keluar dari kantor mereka.

Taylor mengatakan ia terharu dengan pernyataan-pernyataan para pemimpin teknologi selama akhir pekan namun ia ingin melihat industri ini maju lebih jauh.

“Tujuannya bukan untuk melawan industri teknologi, namun untuk mendesak mereka agar ada di pihak yang benar dalam sejarah,” ujarnya. [hd]

 

Sumber:http://www.voaindonesia.com/a/silicon-valley-uang-tenaga-lawan-larangan-imigrasi-trump/3698171.html

Perusahaan Teknologi Kecam Keputusan Trump soal Imigrasi

0
Silicon Valley

 

Google, Apple dan perusahaan raksasa teknologi lain menyatakan kecewa atas keputusan Presiden Donald Trump mengenai imigrasi yang melarang warga dari tujuh negara yang mayoritas penduduknya Muslim, memasuki Amerika.

Berita mengenai keputusan Trump itu membayangi TechWadi, pameran teknologi tahunan akhir pekan lalu di San Francisco. Pameran itu berfokus pada kewirausahaan dan investasi di Timur Tengah selama 10 tahun terakhir.

Deena Shakir, manajer Google dan moderator acara, mengatakan, di Silicon Valley, “tidak penting Anda berasal dari mana. Yang penting, apa yang akan Anda buat. Kami berdiri di sini hari ini bersatu dengan saudara-saudara kami di seluruh dunia. TechWadi akan membantu semampu kami.”

Pernyataan itu senada kritik yang disampaikan CEO Google, Sundar Pichai, Jumat malam (27/1) atas keputusan presiden melarang masuk selama 90 hari warga Suriah, Irak, Iran, Sudan, Somalia, Yaman dan Libya. Ia mengatakan, keputusan itu berimbas pada 187 karyawan. Belum jelas apakah ada karyawan Google yang ditahan atau dilarang naik pesawat ke Amerika.

CEO Facebook Mark Zuckerberg juga mengecam keputusan itu.

“Kita seharusnya juga membuka pintu bagi pengungsi dan orang yang membutuhkan bantuan,” katanya dalam pernyataan tertulis. “Itulah Amerika.”

Di TechWadi, Dave McClure, salah satu pendiri 500 Startups, berharap keputusan Trump akan berdampak pada portofolio perusahaannya. Komentarnya disambut tepuk tangan. Tetapi tidak semua dalam acara itu berpandangan sama.

Ahmed El Kalla, investor dari Mesir, berpendapat langkah pemerintah itu seperti melepas tembakan ke udara untuk menarik perhatian akan masalah itu. Rincian keputusan presiden, menurutnya, belum jelas. Ia memperkirakan imbas keputusan itu tidak akan banyak mengubah perusahaan pemula teknologi di kawasan Silicon Valley.

Industri teknologi Amerika itu bergantung pada insinyur asing dan pakar teknis lain dan mempekerjakan cukup banyak tenaga kerja dari luar.

Langkah itu, jelas guna mencegah ekstremis melakukan serangan di Amerika, kini bisa juga meningkatkan ketegangan antara pemerintahan baru Trump dan salah satu industri paling penting di Amerika secara ekonomi dan budaya. Imbas terutama terasa bila larangan Trump merambah ke izin pekerja sementara industri itu, dikenal sebagai visa H-1B, seperti dikhawatirkan sebagian orang. [ka]

 

Sumber:http://www.voaindonesia.com/a/perusahaan-teknologi-protes-keputusan-trump-soal-imigrasi/3697267.html

SINTA Dorong Kultur Publikasi Indonesia

0

YOGYAKARTA – Dalam rangka mewujudkan kemandirian anak negeri dan mendorong kultur publikasi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meluncurkan SINTA – Science and Technology Index pada Rakornas Kemenristekdikti 2017 (30/1).

Salah satu permasalahan yang masih dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan jumlah dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan. Kurang dikenalnya penelitian anak negeri di tingkat global antara lain diakibatkan rendahnya publikasi global para peneliti tersebut.

SINTA merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang meliputi antara lain kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek.

Berbeda dengan sistem lain yang telah ada sebelumnya di Indonesia, SINTA memiliki fungsi relasi, sitasi, dan pengindex. SINTA juga menggunakan sistem entry-exit digital dan dikelola secara multisektor yang mempunyai tugas dan fungsi sinergis yakni Kemenristekdikti dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

“Saya harap SINTA dapat memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi dan perlahan dapat menghilangkan ketergantungan penggunaan sistem pengindeks publikasi dari luar negeri,” ujar Menteri Nasir setelah peluncuran SINTA di Grha Sabha Pramana Yogyakarta.

SINTA, sistem yang masih jauh dari sempurna karena memang baru dimulai. Namun tidak akan berhenti untuk disempurnakan. Dengan SINTA diharapkan daya saing jurnal publikasi ilmiah pun meningkat tajam. (FLH)

Sumber:http://ristekdikti.go.id/sinta-dorong-kultur-publikasi-indonesia/

Kurang Tidur Lemahkan Imunitas

0
Kekurangan tidur akan menekan atau memperlemah sistem kekebalan tubuh (foto: ilustrasi).

 

Tidak cukup tidur dapat membuat anda sakit, demikian menurut hasil penelitian baru.

Dalam tulisan pada jurnal Sleep, para peneliti dari Universitas Washington mengatakan kekurangan tidur menekan atau memperlemah sistem kekebalan tubuh.

Untuk mencapai kesimpulan mereka, para peneliti meneliti 11 pasang orang kembar yang mempunyai pola tidur yang berbeda dan mendapati bahwa orang kembar yang kurang tidur mempunyai kekebalan yang lemah.

Para peneliti mengemukakan genetika memberi pengaruh antara 31 dan 55 persen lamanya tidur, dan tingkah laku serta lingkungan memberi pengaruh selebihnya. [gp]

 

Sumber: http://www.voaindonesia.com/a/kurang-tidur-lemahkan-imunitas-/3698577.html

Obat Baru Berantas Protein Abnormal pada Penderita Alzheimer’s

0
Pasien dengan Alzheimer’s dan dementia pada sesi terapi (Foto: ilustrasi)

 

Para ilmuwan telah mengembangkan sebuah obat yang mereka harap bisa bermanfaat bagi para pengidap penyakit Alzheimer’s. Obat itu menghapuskan gumpalan protein abnormal dalam otak, yang merupakan ciri khas dari gangguan neurodegeneratif tersebut.

Penyakit Alzheimer’s pada umumnya melanda lansia, menyebabkan berkurangnya fungsi mental dan pada akhirnya kematian. Menurut Penyakit Alzheimer’s International, sebuah kelompok advokasi dan sumber daya, penyakit itu melanda sekitar 44 juta orang.

Belum ada obat Alzheimer’s. Tetapi para ilmuwan sedang mengembangkan pengobatan yang bisa meningkatkan kualitas hidup para penderitanya.

Dalam sebuah studi yang dilaporkan dalam jurnal Science Translational Medicine, para periset menjelaskan bagaimana sebuah obat sintetik, yang disebut antisense oligonucleotide, bisa mengurangi produksi dan, dalam beberapa kasus memberantas, protein tau. Tau membentuk gumpalan dalam otak para pengidap Alzheimer’s.

Gumpalan tau adalah salah satu gejala penyakit itu, serta gumpalan beta amyloid, protein perusak lainnya.

Antisense oligoneucleotide menarget sistem genetika yang membentuk tau.

Dengan mencegah pembentukan tau, para periset pada Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis, Missouri, mendapati mereka bisa memperpanjang harapan hidup tikus laboratorium yang mengandung kumpulan tau manusia dalam otak mereka.

Sara DeVos adalah penulis utama artikel itu. Ia mengatakan, “Tikus-tikus itu mati lebih dini dibandingkan tikus yang normal. Ketika kami berikan obat, tikus-tikus itu hidup lebih lama dan kita juga bisa mencegah neuronnya mati. Apabila kita beri obat ini, neuron tidak akan mati karena gumpalan tau.”

Para periset juga menguji coba antisense oligneucleotide pada monyet-monyet dan mendapati hasil positif.

Profesor neurologi pada Universitas Washington, Tim Miller, adalah penulis senior studi itu.

“Yang paling menarik adalah untuk menerapkan obat ini pada orang-orang yang kita asumsikan mengidap tau abnormal untuk menguji coba hipotesis apakah dengan mengurangi kandungan tau bisa bermanfaat bagi mereka,” jelasnya.

Mengingat gumpalan tau hanyalah satu bagian teka-teki yang menyebabkan Alzheimer’s, para periset ingin memadukan obat itu dengan pengobatan lain, yang juga sedang dikembangkan.

Obat antisense oligoneucleotides jenis lain telah disetujui oleh para regulator AS dan sedang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit neurodegeneratif; distrofi otot dan atrofi otot tulang belakang.

Obat tersebut sedang dalam tahap uji coba klinis bagi penyakit Huntington dan Lou Gehrig.

Tim Miller berharap obat ini, yang dikembangkan bersama Ionis Pharmaceuticals, akan segera diuji coba pada manusia pengidap penyakit Alzheimer’s. [vm/ii]

 

Sumber: http://www.voaindonesia.com/a/obat-baru-berantas-protein-abnormal-pada-penderita-alzheimers/3697462.html

Rusia Hentikan Operasi Roket Proton-M

0
Mantan Duta Besar Rusia untuk NATO, Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin (Foto: dok).

 

Roket utama Rusia, Proton-M, akan dihentikan beroperasi selama tiga setengah bulan karena masalah mesin. Demikian keterangan Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin, Sabtu (28/1) dalam kunjungan ke pabrik di kota Voronezh di mana mesin roket tersebut dibuat.

Rogozin mengatakan beberapa pekerja pabrik itu sebelumnya terlibat dalam pemalsuan dokumen yang terkait dengan roket tadi, dan berjanji bahwa orang-orang yang bertanggungjawab akan dihukum keras.

“Untunglah masalah tersebut tidak menimbulkan kecelakaan,” katanya kepada para wartawan.

Roket Proton-M, roket yang banyak digunakan dalam program antariksa Rusia, digunakan terutama untuk peluncuran satelit militer dan niaga.

Pimpinan pabrik Voronezh meletakkan jabatan pekan lalu setelah para pejabat Rusia mengatakan kecelakaan pesawat kargo Progress bulan Desember adalah akibat kerusakan mesin yang dibuat di pabrik itu.

Kecelakaan itu adalah satu dari beberapa insiden yang gawat melanda industri antariksa Rusia dalam beberapa tahun ini. Satu pesawat kargo Progress jatuh ke Samudera Pasifik bulan Mei tahun 2015 dan satu roket Proton-M yang membawa satelit canggih pecah di atmosfir tidak lama setelah diluncurkan bulan Mei tahun 2014. [gp]

 

Sumber:http://www.voaindonesia.com/a/rusia-hentikan-operasi-roket-proton-m/3696657.html

Networking Dinner untuk Perkuat Kerjasama

0

YOGYAKARTA – Agenda Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2017 akan berlangsung pada tanggal 29-30 Januari 2017. Rapat Kerja akan banyak membahas mengenai program-program yang ada di 2016, prioritas 2017, serta rencana program dan kebijakan 2018.

Namun di sisi lain, dalam rangka memperkuat sinergi antara Kemenristekdikti dan pemangku kepentingannya serta sebagai tanda sambutan selamat datang dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menjadi tuan rumah Rakernas kali ini, maka diselenggarakanlah Networking Dinner di Balairung UGM, Minggu (29/1).

“Kesempatan malam ini dapat digunakan untuk saling mengenal dan saling berkolaborasi antar pemangku kepentingan. Tidak terlalu serius, namun bisa menghasilkan atmosfer kolaboratif,” tutur Rektor UGM Dwikorita.

Dwikorita mengatakan siap menjadi tuan rumah Rakernas kali ini. Selain itu sejarah panjang UGM menjadi simbol bahwa memang UGM selalu siap untuk mensukseskan program Kementerian, tambah salah satu Rektor PTN perempuan tersebut.

Pada kesempatan hangat itu hadir seluruh Eselon I Kemenristekdikti, Kepala LPNK, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri, dan pemangku kepentingan lainnya. (DZI)

Sumber:http://ristekdikti.go.id/44297-2/

Roger Federer Juarai Australia Terbuka

0
Petenis Swiss Roger Federer juarai Australia Terbuka

 

Bintang tenis Swiss Roger Federer telah mengalahkan petenis putra Spanyol Rafael Nadal dalam pertandingan marathon 5 set untuk menjuarai Australia Terbuka di Melbourne dan merebut kejuaraan Grand Slamnya yang ke-18.

Federer menyingkirkan Nadal dengan angka 6-4, 3-6, 6-1, 3-6, 6-3 hari Minggu (29/1).

Dalam final putri hari Sabtu, bintang tenis Amerika Serena Williams mengalahkan kakaknya Venus Williams dengan straight set 6-4, 6-4.

Dengan kemenangan itu, Williams yang berusia 35 tahun, mencatat rekor dengan merebut 23 kejuaraan Grand Slam, yang terbanyak sejak mulainya era turnamen terbuka tahun 1968 ketika petenis professional dan amatir bertanding dalam turnamen yang sama. Petenis putri Australia Margaret Court memenangkan 24 kejuaraan besar, tetapi 13 di antaranya diraih sebelum era turnamen terbuka.

Kemenangannya di stadion Rod Laver Arena itu juga memastikan Serena Williams merebut kembali peringkat teratas di dunia, yang lepas dari tangannya bulan September ketika petenis putri Jerman Angelique Kerber merebut Amerika Terbuka, setelah Williams menduduki peringkat teratas dunia itu selama 186 pekan berturut-turut. [gp]

 

http://www.voaindonesia.com/a/roger-federer-juarai-australia-terbuka/3697315.html

- Advertisement -