Hampir sepertiga penduduk dunia atau 2,3 milyar manusia tidak punya toilet modern seperti di Kinshasa, Kongo ini (foto: ilustrasi).
Hampir sepertiga penduduk dunia atau 2,3 milyar manusia tidak punya toilet modern dan hanya menggunakan toilet jongkok yang menampung kotoran dalam sebuah lubang besar di bawah tanah. Kini, para periset di Universitas Bath di Inggris menggunakan kotoran buatan untuk mencari cara yang aman dalam memproses kotoran manusia.
Kotoran buatan itu diciptakan dengan mencampur ragi yang biasa dipakai untuk membuat bir, pasta miso, serat semacam tanaman ganja, kertas toilet yang dilumatkan, minyak kacang, kalium pospat dan air.
Campuran itu punya sifat-sifat fisik dan kimiawi yang sama dengan kotoran manusia yang asli, yang di banyak negara miskin digunakan sebagai pupuk setelah dikeringkan.
Tapi tidak mudah menentukan apakah semua bakteri dan kuman sudah mati dalam proses pengeringan itu. Kata Naomi Deering, pakar pada Universitas Bath menggunakan kotoran buatan itu untuk mencari sistem pengeringan yang terbaik.
“Kami ingin melihat dulu apakah kami bisa mengeringkan kotoran buatan ini dengan baik; dan berapa tinggi suhu yang terdapat dalam kotoran tadi, karena suhu yang tinggi penting untuk memastikan bahwa semua bakteri dan kuman sudah mati.”
Kotoran buatan yang kental itu dikeringkan dengan sinar matahari, untuk menguapkan kandungan airnya. Temperatur kotoran itu meningkat dengan berkurangnya kadar air, dan panas itulah yang membunuhi bakteri patogen dan telur-telur parasit.
Setelah dikeringkan, dan mencapai kepadatan tertentu, barulah kotoran itu bisa dipegang dengan aman. Tim yang dipimpin oleh Naomi Deering menggunakan tingkat kelembaban, suhu dan kadar air yang berbeda untuk meniru kotoran manusia yang sesungguhnya, guna menentukan berapa lama proses pengeringan yang tepat.
Ini penting karena kotoran yang sudah disterilkan akan besar dampaknya bagi kesehatan dalam berbagai kelompok manusia. Kata Naomi Deering lagi:
“Tiap tahun 750 ribu anak di bawah usia lima tahun meninggal karena berbagai penyakit yang terkait dengan diare. Belum lagi kalau dilihat banyaknya anak-anak yang terhambat pertumbuhan fisiknya karena diare, dan berapa banyak akan yang tidak bisa sekolah karena sakit. Kami sudah memperhitungkan bahwa untuk tiap dollar yang digunakan guna memperbaiki sistem sanitasi, keuntungan ekonominya akan berlipat lima.”
Para pakar berharap eksperimen dengan kotoran buatan itu akan membantu membuat petunjuk bagi warga setempat untuk memproses kotoran mereka dengan aman. [ii]
Sumber:https://www.voaindonesia.com/a/periset-inggris-cari-cara-proses-kotoran-manusia-agar-aman-/4147999.html