YOGYAKARTA – Dalam rangka mewujudkan kemandirian anak negeri dan mendorong kultur publikasi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meluncurkan SINTA – Science and Technology Index pada Rakornas Kemenristekdikti 2017 (30/1).
Salah satu permasalahan yang masih dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan jumlah dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan. Kurang dikenalnya penelitian anak negeri di tingkat global antara lain diakibatkan rendahnya publikasi global para peneliti tersebut.
SINTA merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang meliputi antara lain kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek.
Berbeda dengan sistem lain yang telah ada sebelumnya di Indonesia, SINTA memiliki fungsi relasi, sitasi, dan pengindex. SINTA juga menggunakan sistem entry-exit digital dan dikelola secara multisektor yang mempunyai tugas dan fungsi sinergis yakni Kemenristekdikti dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Saya harap SINTA dapat memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi dan perlahan dapat menghilangkan ketergantungan penggunaan sistem pengindeks publikasi dari luar negeri,” ujar Menteri Nasir setelah peluncuran SINTA di Grha Sabha Pramana Yogyakarta.
SINTA, sistem yang masih jauh dari sempurna karena memang baru dimulai. Namun tidak akan berhenti untuk disempurnakan. Dengan SINTA diharapkan daya saing jurnal publikasi ilmiah pun meningkat tajam. (FLH)