Studi Ungkap Bahaya Perubahan Iklim terhadap Kesehatan

0
295

Penelitian kolaborasi WHO, World Bank dan WMO mengungkap perubahan iklim berbahaya buat kesehatan global. Berbagai penyakit mengintai dan berujung kematian. (Foto: REUTERS/Juan Carlos Ulate)

Jakarta, CNN Indonesia — Sebuah penelitian kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Bank, Organisasi Meterolog Dunia PBB (WMO), serta berbagai universitas lainnya di seluruh dunia mengungkapkan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu masalah kesehatan global hingga mengakibatkan kematian jutaan penduduk dunia di abad ke-21.

Penelitian yang diterbitkan oleh jurnal medis tertua dunia, The Lancet, tersebut mengungkapkan bahwa salah satu dampak perubahan iklim, yaitu gelombang panas atau heatwave yang memengaruhi jumlah besar masyarakat dunia terutama penduduk lanjut usia.

Terdapat peningkatan jumlah penduduk di atas usia 65 yang terpapar cuaca panas ekstrim hingga 125 juta jiwa di antara tahun 2000 sampai 2016. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran dokter karena penduduk lanjut usia lebih rentan terhadap cuaca panas.

Christina Figueres, Climate Chief PBB mengungkapkan ilmuwan telah memberitahu akan dampak perubahan iklim yang cukup buruk. “Sekarang dokter memberitahu kita bahwa itu (perubahan iklim) buruk untuk kesehatan kita.”

“Ratusan juta orang telah menderita akibat dampak dari perubahan iklim. Mengatasi perubahan iklim secara langsung, tegas, dan segera, mampu memperbaiki kesehatan global. Sesederhana itu, ” tutur Figueres, seperti dilansir dari The Guardian, Senin (30/10).

Profesor Peter Cox dari University of Exeter, Inggris mengungkapkan bahwa 70 ribu kematian akibat gelombang panas yang menerjang Eropa 2003 lalu tampak kecil dibandingkan dengan tren jangka panjang gelombang panas yang terjadi saat ini.

Pemanasan global yang timbul akibat perubahan iklim juga dapat meningkatkan penyebaran penyakit mematikan seperti demam berdarah karena nyamuk dan virus yang dibawanya mampu berkembang biak lebih cepat.

Penyebaran infeksi akibat demam berdarah juga mengalami peningkatan sejak tahun 1990. Saat ini mencapai hingga 100 juta infeksi per tahun.

Penyakit lain yang ikut meningkat akibat pemanasan global ialah schistosomiasis, penyakit di mana cacing parasit mampu hidup di dalam tubuh dalam jangka waktu panjang dan menyebabkan kerusakan organ seperti ginjal dan hati.

Polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil juga menjadi penyebab jutaan kematian setiap tahun. Terdapat 800 ribu kematian akibat pembakaran batu bara setiap tahunnya. Meskipun begitu, pada 2013 produksi batu bara mulai menurun.

Dampak berbahaya lain yang disebabkan pemanasan global ialah jumlah gagal panen akibat cuaca panas ekstrim.

“Sebagai akibatnya kita akan melihat jutaan anak yang kekurangan gizi,” ujar profesor dari University College London, Hugh Montgomery.

Profesor Georgina Mace dari University College of London juga menyampaikan bahwa bukti terjadinya perubahan iklim menjadi lebih hangat ialah produksi bahan pangan yang berjangka pendek.

“Indikator tersebut menunjukkan beberapa peringatan untuk kesehatan manusia juga sepercik harapan, dan kunci pesan tampak kuat. Atribusi suhu (perubahan iklim) dengan aktivitas manusia saat ini tidak diragukan lagi, sehingga urgensi untuk menangani masalah yang diangkat laporan ini tidak diragukan lagi,” jelas peneliti iklim dari University of East Anglia, Clare Goodess.

Adapun peneliti serta perwakilan dari WHO, Anthony Costello, mengungkapkan bahwa terdapat kesempatan besar dunia kesehatan untuk mengubah masalah medis tersebut menjadi kemajuan signifikan bagi kesehatan masyarakat di abad ini. (tab)

Sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171102094318-255-252914/studi-ungkap-bahaya-perubahan-iklim-terhadap-kesehatan/

LEAVE A REPLY