Penelitian BPOM Maluku pada 2016 menemukan angka jajanan tak memenuhi syarat naik hingga 75 persen. Anak mesti dikenalkan jajanan sehat sejak dini. (Ilustrasi/Foto: Dok. Danone Indonesia)
Ambon, CNN Indonesia — Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), anak-anak Indonesia terbiasa jajan makanan ringan ketika jam istirahat. Jajanan apa pun dibeli selama meraka suka, walau terkadang tak memperhatikan kesehatan makanan tersebut.
Suatu kali, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Maluku melakukan penelitian terhadap jajanan sekolah. Penelitian dilakukan pada tahun 2011-2014 dengan subjek penelitian 100 sekolah setiap tahun.
Pada tahun 2011, terhitung ada 44 persen jajanan yang tidak memenuhi syarat. Angka jajanan yang tidak memenuhi syarat tersebut terus menurun sampai 14 persen di tahun 2014.
“Karena menurun, kami lakukan penelitian dengan sampel lebih kecil pada tahun 2015. Sample kami ada 16 sekolah, angka jajanan yang tidak memenuhi syarat naik sampai 75 persen,” kata Kepala BPOM Maluku Sandra Lithin di SDN 1 Poka, Teluk Ambon, Rabu (29/11).
BPOM Maluku, kata Sandra, melakukan pengawasan dan intervensi lebih kuat setelah melihat angka tersebut. Mulai dari menguji makanan, pengenalan jajanan kepada siswa dan intervensi ke sekolah dilakukan.
Sandra menjelaskan, pada 2016 pengawasan intensif dilakukan pada empat macam jajanan, yaitu minuman dengan es, minuman berwarna, bakso dan jeli. Kudapan, mie dan kue juga menjadi pengawasan pada tahun 2017.
Berdasarkan pengawasan itu, banyak jajanan mengandung mikroba dan tidak higienis. Selain itu ada minuman yang mengandung pemanis buatan, pengawet dan pewarna tekstil dengan melebihi batas.
“Jajanan itu didapat dari pedagang yang di luar sekolah. Kami sarankan sekolah untuk memiliki kantin sendiri agar bisa dikontrol,” kata Sandra.
Pengawasan BPOM sejalan dengan program Warung Anak Sehat (WAS) yang digagas Sarihusada yang bekerja sama dengan CARE International Indonesia. Program WAS bertujuan mengurangi jajanan yang tidak memenuhi syarat.
Manajer Program WAS Talitha Andini mengaatakan telah menjalankan program tersebut di SDN 1 Poka. Pengelola kantin SDN 1 Poka Desiane Kiriweno Johanis adalah orang yang mengikuti program tersebut. Ia disebut sehagai Ibu Warung Anak Sehat (IWAS).
“Edukasi nutrisi di bangku SD itu penting. Anak bisa diajarkan untuk bentuk kebiasaan jajan sehat, kemudian dijalankan kemudian hari,” kata Talitha.
Pembinaan, kata Talitha, sudah dilakukan beberapa kali kepada Desiane dan IWAS lain. Kemudian ada pendampingan kepada IWAS setiap dua minggu sekali.
Tak hanya mengajarkan mengelola makanan agar menjadi sehat, WAS juga membina pengetahuan keuangan. Desiane mengaku pendapatan bertambah setelah ikut pembinaan.
“Saya sekarang pengeluaran dan pendapatan lebih teratur, saya tulis dicatatan agar tidak tercampue pengeluaran keluarga. Sekarang per hari bisa dapat Rp 100 ribu, dulu hanya Rp 50 ribu,” kaya Desiane.
Sukuk goreng, pisang goreng dan lemet adalah jajanan yang Desiane jual dengan harga Rp 1.000. Semua bahan dibeli di Ambon dan diolah sendiri.
“Lemet itu singkong yang diparut kemudian campur dengan kelapa dan gula merah, dibungkus daun pisang kemudian dikukus. Saya jual itu semua karena disukai anak-anak sini, itu jajanan lokal memang,” kata Desiane.
Lebih lanjut, Talitha berharap Desiane bisa menyebarkan ke pedagang disekolah lain agar semakin banyak jajanan sehat. Ada grup di facebook dan whatsapp yang bisa digunakan untuk berkomunikasi. Terhitung sudah ada WAS di 50 sekolah yang ada di Ambon. Mayoritas berada di pusat Kota Ambon dan sisanya tersebar di kabupaten. (rah)
Sumber:https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171129204154-282-259082/mengenalkan-jajanan-sehat-pada-anak-sejak-dini/