Olahraga football Amerika yang penuh dengan benturan badan bahkan juga kepala meningkatkan risiko gegar otak (foto: ilustrasi).
WASHINGTON DC —
Menurut studi baru-baru ini, pemeriksaan atas otak 111 pemain football Amerika yang sudah meninggal menunjukkan bahwa semua – kecuali satu orang – memiliki penyakit otak degeneratif yang diyakini akibat benturan berulang-ulang di bagian kepala.
Para ilmuwan mengatakan meskipun tampak ringan, gegar otak masih bisa menimbulkan dampak yang parah, sehingga diagnosis dan perawatan yang cepat sangat penting.
Selama bertahun-tahun dokter spesialis bedah syaraf yang merawat pasien cedera otak hanya memusatkan perhatian pada penderita koma, sementara gegar otak dirawat sebagai cedera ringan.
Selama 10-15 tahun terakhri ini, penelitian tentang cedera kepala telah meningkat pesat karena meningkatnya kesadaran tentang konsekuensi jangka panjang gegar otak yang diderita tentara, atlet dan korban kecelakaan lalu lintas.
Direktur Klinis Pusat Riset Trauma Otak di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh, Dr. David Okonkwo mengatakan salah satu tantangan terbesar adalah melakukan diagnosis yang cepat dan dapat diandalkan. Ia berbicara dengan VOA melalui Skype.
“Ada tes darah yang hampir bisa menyoroti masalah yang muncul pada penderita gegar otak, pada menit-menit awal sampai beberapa jam setelah insiden terjadi,” papar Okonkwo.
Okonkwo mengatakan, untuk saat ini diagnosis masih bergantung pada penilaian subyektif pasien, sehingga sejumlah besar gegar otak tetap tidak diketahui atau kurang terdiagnosis.
Mengingat tidak ada dua kasus gegar otak yang sama, Okonkwo mengatakan para ilmuwan juga berupaya memperbaiki analisa cedera tersebut.
“Ada sejumlah besar upaya untuk melakukan strategi pencitraan syaraf yang kita miliki saat ini, untuk memotret otak dan melakukan revolusi foto sehingga menjadi modalitas dengan resolusi lebih tinggi dan kualitas yang jauh lebih baik,” tambahnya.
Para ilmuwan juga mengembangkan piranti untuk menguji pasien yang menderita gegar otak tertentu, yang bisa mempengaruhi keseimbangan, penglihatan, kognisi, ingatan dan beberapa fungsi otak lainnya.
Tetapi Okonkwo mengatakan pencegahan lebih efektif dibanding perawatan.
“Ini adalah investasi yang mahal. Tidak hanya di Departemen Pertahanan, tetapi juga di liga olahraga profesional ketika kami mencari cara untuk memperbaiki keselamatan personil militer dan ketika berupaya meningkatkan keamanan di bidang atletik,” imbuhnya.
Okonkwo mengatakan saat ini kemampuan mendiagnosa dan memahami konsekuensi gegar otak dan menargetkan pengobatan pada pasien individual jauh lebih baik dibanding 10 tahun lalu, dan seiring meningkatnya kesadaran publik tentang kemajuan perawatan gegar otak. [em/al]