Lebih Dekat dengan Kanker Serviks dan Pencegahannya

0
190

Seorang murid perempuan kelas V saat suntik imunisasi vaksin Human Pamillomavirus (HPV) di SD Negeri 11 Pagi Lubang Buaya, Jakarta Timur. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, CNN Indonesia — Wanita kelak akan menjadi seorang ibu, yaitu guru pertama bagi anak-anak penerus bangsa. Tapi apa jadinya bila wanita tidak dapat mempunyai anak? Salah satu faktor wanita tidak bisa memiliki anak adalah kerusakan pada rahim maupun leher rahim atau yang biasa disebut serviks. Penyakit ini sangat membahayakan untuk para wanita khususnya calon ibu yang berkeinginan mempunya keturunan.

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah penyakit kanker yang menyerang leher rahim wanita. Pada kanker serviks ada tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim wanita.

Leher rahim atau yang disebut serviks ini merupakan organ reproduksi wanita yang terletak di bagian bawah rahim dan berfungsi membantu jalannya sperma dari vagina ke rahim. Rahim adalah organ yang sangat penting bagi wanita, di mana dalam rahimlah wanita bereproduksi dan tempat berkembangnya janin.

Rahim tidak akan dapat bereproduksi jika vagina mengalami kerusakan pada leher rahim / serviks. Kanker serviks sendiri disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim.

HPV adalah kumpulan jenis virus yang menyebabkan kutil pada tangan, kaki, dan alat kelamin. HPV memiliki banyak jenis dan beberapa jenis dari HPV menganggu sel rahim dan memicu kanker.

Jenis HPV yang merupakan turunan dari virus HPV yakni HPV 16 dan HPV 18, berperan 70 persen dalam kasus kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi, padahal fakta membuktikan bahwa ternyata kebanyakan wanita dewasa sebenarnya dapat terkena HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka.

HPV diketahui jadi penyebab kanker serviks yang utama. HPV pada umumnya ditularkan melalui hubungan seks. Semua wanita dari berbagai usia bisa berisiko menderita penyakit kanker leher rahim ini, tapi wanita yang aktif secara seksual sangat memiliki peluang besar terserang penyakit kanker leher rahim ini.

Pergaulan sekarang yang semakin bebas meningkatkan risiko kanker ini. Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dapat meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18. Memiliki perilaku seksual seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) sangat berisiko terkena penyakit yang menyerang leher rahim ini. Tapi meskipun memakai kondom atau pelindung, masih punya risiko terpapar dan terinfeksi virus itu.

Pap smear digunakan untuk deteksi dini pada kanker serviks karena metodologinya mudah diaplikasikan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya lesi pada kanker serviks. Pap smear biasanya dilakukan pada wanita usia subur yang telah melakukan hubungan seksual.

Penderita kanker serviks jumlahnya terbilang sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Itu membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita nomor 2 di Indonesia.

Label itu tidak berlebihan karena setiap hari di Indonesia dari 40 wanita yang terdiagnosa menderita kanker serviks. Sebanyak 20 wanita di antaranya meninggal karenanya.

Tercatat lebih dari 92.000 kasus kematian akibat kanker terjadi pada perempuan di Indonesia pada 2014. Sebanyak 10,3 persen merupakan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks. Jumlah data pengidap kanker tahun 2016 ada 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa.

Untuk menekan jumlah penderita kanker serviks, pemerintah berupaya melakukan optimalisasi program deteksi dini kanker serviks yang digagas oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja.

OASE Kabinet Kerja merupakan sebuah perkumpulan para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain yang dipimpin oleh Ibu Iriana Jokowi, yang memiliki serangkaian program untuk mendukung tercapainya program yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pelaksanaan program OASE Kabinet Kerja tersebut, BPJS Kesehatan bekerjasama dengan instansi pemerintah dan pihak lainnya telah melakukan pelatihan IVA dan papsmear kepada 2.143 dokter umum dan bidan, serta telah melakukan pemeriksaan IVA kepada 81.001 peserta BPJS Kesehatan dan pemeriksaan papsmear bagi 248.940 peserta.

Sebagai tindak lanjut penanganan kanker serviks, bagi peserta BPJS Kesehatan yang positif mengidap kanker serviks disediakan pula layanan krioterapi di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Dalam melakukan tes pap smear, Dokter, umumnya merekomendasikan mengulangi tes pap smear setiap 3 tahun untuk wanita berusia 21-65 tahun. Namun, jika memiliki resiko tertentu dokter akan merekomendasikan untuk melakukan pap smear sesering mungkin agar menghambat pertumbuhan kanker. (ded/ded)

Sumber:https://student.cnnindonesia.com/keluarga/20180103102427-436-266277/lebih-dekat-dengan-kanker-serviks-dan-pencegahannya

LEAVE A REPLY